BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin
dan perkembangan budi daya manusia. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di
masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Kemajuan pesat di bidang teknologi informasi dan
komunikasi dewasa ini pun dilandasai
oleh perkembangan matematika.
Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB
)merupakan dasar bagi penerapan konsep matematika pada jenjang berikutnya.
Konsekwensinya dalam pelaksanaan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar Luar
Biasa (SDLB )harus mampu menata dan meletakkan dasar penalaran siswa yang dapat membantu
mamperjelas menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dan
kemampuan berkomunikasi dengan bilangan dan simbol-simbol, serta lebih
mengembangkan sikap logis, kritis, cermat, disiplin, terbuka, optimis, dan
menghargai matematika.
Namun
demikian perkembangan pembelajaran matematika pada jenjang Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB )
dewasa ini masih memprihatinkan sekali.
Indikasi faktualnya adalah sangat
buruknya minat dan prestasi siswa. Matematika menjadi suatu mata pelajaran yang
sangat menakutkan. Hal ini disebabkan oleh pengaruh edukasi yang kurang
menyenangkan. “Pengalaman kurang menyenangkan ini berasal dari suasana belajar
mengajar matematika di kelas. Metode yang diterapkan guru terlalu mekanistik
dan satu arah saja” (Elen Fredman dalam Sumarjono, 2003 : 27).
Berdasarkan
data keberadaannya, dalam mengajarkan matematika didominasi oleh proses belajar
mengajar dengan menggunakan latihan-latihan yang terdapat di buku-buku teks.
Kita mengenal Manajemen Barbasis Sekolah (MBS), Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK), Quantum Teaching, Life Skill, Contextual Teaching and Learning (CTL),
Pakem dan masih banyak yang lainnya merupakan upaya pembelajaran yang sedang
populer diterapkan para pengajar dalam upayanya meningkatkan kualitas
pembalajaran. Sayangnya pembaharuan ini masih belum dimanfaatkan secara
maksimal sehingga tidak mampu menyelesaikan akar dari permasalahan. Standar kompetensi lulusan pada satuan
pendidikan dasar bertujuan untuk meletakan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, ahlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
Pembaharuan
pembelajaran sudah sangat baik untuk sebuah harapan perbaikan mutu pendidikan.
Namun demikian kelemahan dalam penerapannya adalah guru sebagai pengajar masih
miskin improvisasi. Langkah-langkah inovasi pembelajaran harus didukung pula
oleh inovasi penggunaan alat peraga yang dapat
menarik dan menantang siswa dalam
pencapaian taksonomi pembelajaran.
Penulis
mencoba mencari alternatif dari model
pembelajaran yang dapat mengatasi kesulitan dengan kolaborasi penggunaan alat
peraga (media pembelajaran) yang menarik sebagai tuntutan profesionalisme
menghadapi perkembangan dunia pendidikan dalam sebuah tindakan nyata di
lapangan (in action) dan menyusunnya
menjadi sebuah karya tulis yang berjudul “Peningkatan Pemahaman Konsep Operasi Hitung Penjumlahan dan Pengurangan
Bilangan Bulat melalui Media Roda Bilangan pada Siswa Tunarungu Kelas VI di
SLB-B PERTIWI Kota Mojokerto”
B. Ruang Lingkup
Dalam
upaya memecahkan masalah tentang kurangnya minat dan rendahnya prestasi belajar
siswa dalam mata pelajaran matematika
khususnya dalam menanamkan konsep dasar operasi hitung penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat, ruang lingkup pada tulisan ini adalah “Peningkatan Pemahaman Konsep Operasi Hitung
Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat melalui Media Roda Bilangan pada
Siswa Tunarungu Kelas VI di SLB-B PERTIWI Kota Mojokerto”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian yang penulis susun adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kualitas pembelajaran
Matematika yang lebih kondusif dan efektif.
2. Meningkatkan motivasi dan minat
peserta didik dalam belajar Matematika khususnya pada materi operasi hitung
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
3. Mengembangkan model dan media pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna sehingga tercapainya kompetensi
matematika yang diharapkan.
D. Manfaat Penelitian
Dengan
adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1.
Siswa
a.
Meningkatkan
minat siswa.dalam mempelajari matematika.
b.
Berpartisipasi
aktif dalam proses pembelajaran.
c.
Meningkatkan
interaksi siswa dalam pembelajaran.
d.
Meningkatkan
prestasi belajar
2.
Guru
a.
Meningkatkan
profesionalisme guru dalam memberikan pelayanan terhadap anak didik.
b.
Meningkatkan
kreativitas pembelajaran yang inovatif
dan berkualitas.
c.
Melatih
diri untuk selalu peka terhadap permasalahan yang berkaitan dengan tugas
pembelajaran.
3.
Sekolah
a.
Memberikan
kontribusi mutu pendidikan siswa terutama dalam pembelajaran matematika.
b.
Menambah
literatur model pembelajaran dan alat peraga untuk dapat dikembangkan dalam
upaya menciptakan pembelajaran yang kooperatif.
c.
Menciptakan
kondisi yang kondusif sebagai lembaga formal pendidikan dalam masyarakat.
4.
Pengembangan
Mutu Pendidikan
a.
Memberikan
alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar yang sering terjadi dalam
pengembangan mutu pendidikan.
b.
Meningkatkan
peran secara nyata dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan.
E. Sajian Definisi
Sajian
definisi diperlukan untuk memudahkan pembaca dalam memahami istilah-istilah
yang terdapat dalam penulisan ini. Adapun sajian definisi yang penulis susun,
sebagai berikut.
Konsep
dasar adalah rancangan atau ide atau
pengertian yang menjadi landasan atau pokok.
Papan
berarti kayu (triplek) yang lebar dan tipis (Sri Sukersi, 1990 : 647).
Roda bilangan adalah
alat peraga berupa papan yang dipotong melingkar dengan 61 bagian nomor
meliputi:
1. angka
positif 1 sampai positif 30
2. angka
negative 1 sampai negative 30
3. angka
0
4. 1
baris kosong
dengan tujuan sebagai
media pembelajaran yang dapat memudahkan siswa tunarungu kelas VI dalam
memahami konsep dasar operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan
bulat.
“Metode
adalah cara guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa untuk mencapai
tujuan tertentu” (Subyekti , 2004 : 9).
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
Kerangka
Konseptual
A.
PENGARUH
KETUNARUNGUAN TERHADAP PERKEMBANGAN
Menurut Moores (dalam Somad dan Hernawati, 1996:27) menyatakan bahwa orang
tuli adalah seseorang yang kehilangan kemampuan mendengar pada tingkat 70 dB
ISO atau lebih sehingga ia tidak dapat mengerti pembicaraan orang lain melalui
pendengarannya sendiri, tanpa atau menggunakan alat bantu mendengar.
Maksudnya adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau
kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan
karena tidak berfungsinya sebagain atau seluruh alat pendengarannya dalam kehidupan
sehari-hari yang membawa dampak terhadap kehidupannya secara kompleks.
Dimana dampak ketunarunguannya berpengaruh dalam hal
berikut ini, antara lain:
1. Perkembangan
Bahasa Anak Tunarungu
Perkembangan
bahasa secara umum diawali dengan kemampuan mendengar, bayi yang lahir dengan
pendengaran yang normal akan memberikan reaksi moro (gerakan memeluk) apabila
mendengar suara yang mengagetkan, hal ini sampai usia 2 bulan. Pada usia 2-5
bulan bayi akan mengeluarkan suara-suara dalam perkembangan bahasa ini disebut
masa babbling sound, ini terjadi baik pada bayi yang normal maupun yang
tuli, pada usia 5-6 bulan akan nampak bahwa babbling sound ini akan
meningkat dengan derajat yang sama baik pada anak tuli maupun pada anak normal.
Menurut Sumarwan
(dalam Purbaningrum, 2005) hal tersebut bukan karena bayi mampu mendengar
kemudian menirukan suara-suara tersebut, tetapi babbling ini merupakan respon
refleksi terhadap mimik atau perangai muka ibu atau orang lain yang ada di
dekatnya. Baru setelah usia 6 bulan proses menirukan bunyi terjadi
pada yang normal pendengarannya.
Sedangkan pada anak tunarungu sejak lahir proses
menirukan bunyi tidak terjadi karena anak tidak pernah mendengar. Dengan
demikian yang terjadi pada anak tunarungu hanya sampai pada masa babbling saja
dan lambat laun akan hilang karena tidak diikuti dengan masa meniru.
Proses penguasaan bahasa ATR akan terjadi bila mereka
mendapat bimbingan khusus, bila tidak anak akan mengalami gangguan fungsi
mental lainnya. Dalam segi bahas anak tunarungu pada umumnya mempunyai
ciri-ciri yang khas sebagai berikut : (1) Miskin dalam kosa kata, (2) Sulit
memahami kalimat-kalimat yang panjang dan berhubungan, (3) Sulit memahami
ungkapan-ungkapan yang mengandung arti kiasan atau kata-kata yang abstrak dan
(4) Sulit menguasai irama dan gaya bahasa.
2. Perkembangan
Intelegensi Anak Tunarungu
Keterbatasan
anak tunarungu dalam mendengar dan terhambatnya perkembangan bahasa anak
menyebabkan terbatasnya informasi yang diterima, hal ini dapat menghambat dalam
abstraksi sehingga dapat menghambat dalam pencapaian pengetahuan yang lebih
luas.
Menurut
Cruickshank (dalam Purbaningrum, 2005) menyatakan anak-anak tunarungu sering
memperlihatkan keterlambatan dalam belajar dan kadang-kadang tampak
terbelakang.
Hal
ini disebabkan derajat gangguan pendengaran yang dialami, akan tetapi juga
dipengaruhi oleh potensi kecerdasan yang dimilikinya, rangsangan mental serta
dorongan dari lingkungannya yang memberi kesempatan bagi mereka untuk
mengembangkan kecerdasannya.
Myklebust
menyatakan bahwa anak tunarungu tidak kurang cerdas dibandingkan dengan anak
normal, tetapi karena kemampuan persepsi dan mengolah konsep kurang sempurna,
ATR gagal berkembang secara normal (dalam Purbaningrum, 2005).
Mereka
melaksanakan tugas-tugas kognisi dan memecahkan masalah sebagaimana anak
normal, walaupun secara umum perkembangan bahasa mereka agak terbelakang dan
sebagian terlambat di sekolah. Mereka tergantung pada symbol non-verbal
(misalnya : benda, gambar) dalam berpikir dan memecahkan persoalan.
3.
Perkembangan Kepribadian Anak Tunarungu
Tidak
berfungsinya pendengaran pada anak tunarungu dapat mengakibatkan terbatasnya
anak dalam mempersepsi rangsangan emosional seperti rasa senang, sedih dan
marah, dan sebagainya dan juga ketidakmapuan anak tunarungu menggunakan bahasa
verbal, menyebabkan mereka mengalami hambatan dalam mengekspresikan kehidupan
emosional.
Kepribadian
pada dasarnya merupakan keseluruhan sifat dan sikap manusia yang menentukan
cara-caranya yang unik dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya.
Demikian juga dengan anak tunarungu, kondisi kepribadiannya akan dipengaruhi
oleh penyesuaian diri mereka dengan lingkungannya (Sutjihati, dalam
purbaningrum, 2005).
Dari uraian diatas nampaklah
bahwa akibat dari gangguan pendengaran yang dialami anak tunarungu maka akan
mengakibatkan dampak dalam kehidupannya yang kompleks, salah satunya adalah
berdampak dalam hasil belajar matematika.
B. Belajar
a.
Pengertian Belajar
Menurut pengertian secara psikologis,
belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.
Pengertian belajar dapat terdefinisikan sebagai suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya
(Slameto, 2003.)
b.
Pembelajaran
Pembelajaran adalah upaya untuk
menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan
kebutuhan peserta yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru
dengan siswa serta siswa dengan siswa (Amin Suyitno, 2004).
c.
Hasil Belajar
Hasil belajar adalah sesuatu yang
dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, di mana
tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf
atau simbol (Dimyati, 2002: 200).
d.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar siswa dapat dipengaruhi
oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam dan luar diri siswa. Faktor yang
berasal dari dalam dapat berupa bakat, minat, dan semangat belajar. Sedangkan
faktor yang berasal dari luar dapat berupa motivasi dan stimulasi dalam
belajar.
C. Matematika
Menurut Moeliono (Amin Suyitno, dkk,
2001), matematika diartikan sebagai ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan
antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam usaha meningkatkan
hasil belajar siswa. Untuk mengajarkan matematika di SD, guru perlu mengetahui
dan mengerti tentang prinsip-prinsip pengajarannya. Prinsip-prinsip itu adalah sebagai
berikut:
a.
Pembelajaran dimulai dari yang sederhana
menuju ke yang kompleks.
b.
Pembelajaran dimulai dari yang mudah ke
yang sukar
c.
Pembelajaran dimulai dari yang konkret
ke abstrak (Depdikbud Dirjen Dikti, 1994: 58).
Masalah utama dalam pembelajaran
matematika adalah upaya meningkatkan efektivitas proses pembelajaran yang
berpangkal pada rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa. Pengembangan metode
atau teknik pembelajaran serta pemberian layanan bimbingan belajar merupakan alternative
dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa.
D. Teori
Belajar Mengajar dalam Matematika,
Diantaranya dijelaskan oleh beberapa
tokoh berikut ini:
1.
Menurut Piaget, perkembangan belajar
anak SD melalui 4 tahap, yaitu konkret, semi konkret, semi abstrak, dan abstrak
2.
Menurut Bruner, perkembangan belajar
anak melalui 3 tahap, yaitu enaktif, ikonik, dan simbolik.
3.
Menurut Bruner, ada empat dalil dalam
belajar matematika, yaitu dalil penyusunan, dalil notasi, dalil pengkontrasan
dan keanekaragaman, serta dalil pengaitan.
4.
Menurut Dienes, objek-objek konkret
dalam bentuk permainan mempunyai peranan sangat penting dalam pembelajaran
matematika jika dimanipulasi dengan baik.
5.
Ada 6 tahap belajar menurut Dienes,
yaitu:
a.
Permainan bebas
b.
Permainan yang disertai aturan
c.
Permainan kesamaan sifat
d.
Representasi
e.
Simbolisasi
f.
Formalisasi
6.
Menurut Skemp, belajar matematika
melalui dua tahap. Tahap pertama adalah tahap konkret, dan tahap kedua adalah
tahap abstrak.
7.
Menurut Brownell, belajar merupakan
suatu proses yang bermakna, dan belajar matematika harus merupakan belajar
bermakna dan pengertian. Drill perlu diberikan juga sesudah anak memahami
konsep.
8.
Menurut Skinner, ganjaran atau penguatan
mempunyai peranan yang amat penting di dalam proses belajar.
9.
Menurut Thorndike, belajar akan lebih
berhasil jika respon anak terhadap suatu stimulus segera diikuti dengan rasa
senang dan kepuasan.
10.
Menurut Van Hiele dalam belajar
geometri, anak melalui 5 tahapan, yaitu:
a.
Tahap pengenalan
b.
Tahap analisis
c.
Tahap pengurutan
d.
Deduksi
e.
Akurasi
11.
Penerapan teori-teori belajar mengajar
pada pembelajaran matematika tidak berdiri sendiri-sendiri, tetapi perlu
dikombinasikan menurut kebutuhan.
E.
Hasil Belajar Matematika
Sedangkan faktor yang mempengaruhi hasil belajar
matematika yaitu: kecerdasan, usaha, bimbingan belajar, teman sebaya, dan waktu
yang cukup untuk belajar.
Dari uraian diatas maka dapat dikatakan
bahwa apabila semua faktor yang mempengaruhi hasil belajar tidak dapat
terpenuhi maka siswa tidak akan mencapai hasil belajar yang diharapkan.
Oleh sebab itu, agar hasil belajar siswa
dapat meningkat maka dibutuhkan suatu pendekatan pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik anak tunarungu. Salah satunya dengan menerapkan pendekatan
pembelajaran matematika realistik (PMR).
F.
Operasi
Hitung Pada Bilangan Bulat
Operasi hitung yang telah kita kenal adalah penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Operasi
hitung tersebut dapat kita lakukan pada himpunan bilangan bulat.
1. Definisi
Bilangan Bulat
Menurut Karim, dkk (1996: 179) bilangan
bulat diciptakan untuk menjawab masalah seperti 3 + n = 0, 7 + n = 5 karena
tidak ada bil cacah yang memenuhi sehingga pernyataan tersebut menjadi benar.
Hal ini menunjukkan pengetahuan tentang bilangan cacah saja belum cukup untuk
memecahkan masalah. Karena itu manusia membutuhkan pengetahuan yang lebih untuk
dapat menyelesaikan permasalahan di atas yaitu dengan bilangan bulat.
Menurut
Karim, dkk (1997: 180) gabungan semua bilangan cacah dan himpunan semua
bilangan bulat negatif, yaitu himpunan {-5, -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, 5}
disebut himpunan bilangan bulat.
Kita sudah mengenal himpunan bilangan seperti :
1.
Himpunan
bilangan asli ={1, 2, 3, 4, 5, 6, ... }
2.
Himpunan
bilangan cacah = { 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, .. }
Kedua jenis bilangan tersebut belum dapat digunakan untuk
menyatakan hal-hal berikut, misalkan :
1. Suhu suatu tempat yang berada di
bawah nol derajat Celcius.
Misalnya,
Suhu 10 o C di bawah 0o C ditulis dengan – 10 o C
Suhu 20 o C di bawah 0 o C ditulis dengan – 20 o C
Termometer
2. Letak suatu tempat yang berada di
bawah permukaan air laut pada waktu pasang. Untuk suatu tempat yang terletak di
bawah permukaan air laut pada waktu pasang dinyatakan dengan tanda negatif ( -
)
Penampang Melintang Bumi
Pada gambar penampang melintang bumi, kedalaman cekungan laut adalah 80 m di
bawah permukaan air laut, maka dinyatakan dengan –80 m.Maka letak paparan laut
dinyatakan dengan –30 m.
3.
Menyatakan
hasil pengurangan pada bilangan cacah.
Bagaimana untuk menyatakan hasil dari :
- 4
– 6 = ..?
- 3
– 8 = ..?
- 8
– 12 = ..?
Untuk menyatakan hal-hal seperti tersebut di atas, maka
diperlukan bilangan-bilangan bertanda negatif. Bilangan-bilangan – 1, – 2, – 3,
– 4, – 5, – 6 , . . . disebut bilangan bulat negatif.
Bilangan-bilangan 1, 2, 3, 4, 5, 6, . . . disebut bilangan
bulat positif. Himpunan bilangan bulat negatif, nol, bilangan bulat positif
membentuk himpunan bilangan bulat.
Jadi himpunan bilangan bulat adalah himpunan bilangan yang
terdiri dari bilangan bulat negatif, nol dan bilangan bulat positif. Himpunan
bilangan Bulat (B) adalah B = { ..., - 6, -5, -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, 5,
6, 7, ... }
Gambar Garis Bilangan Bulat
2. Operasi
Penjumlahan dan Pengurangan pada Bilangan Bulat
Operasi hitung penjumlahan pada bilangan bulat dapat
menggunakan alat bantu berupa :
1.Mistar hitung
Mistar hitung adalah alat bantu untuk menghitung penjumlahan pada bilangan
bulat yang dapat dibuat sendiri dari kertas karton. Mistar hitung yang akan
digunakan terdiri dari dua buah mistar dengan skala yang sama dan terdiri dari
bilangan bulat, yaitu bilangan bulat negatif, nol dan bilangan bulat positif.
2.
Garis
Bilangan
Sebuah garis bilangan dapat digunakan untuk membantu penjumlahan pada bilangan
bulat.
Jika suatu bilangan dijumlah dengan bilangan bulat positif,
maka arah panah ke kanan dan jika dijumlah dengan bilangan bulat negatif, maka
arah panah ke kiri
Contoh :
a. 3 + 4 = 7 b. 3 + (-8) = -5
1.
Contoh
:
Dengan menggunakan mistar hitung, tentukanlah hasil penjumlahan berikut :
a. 8 + (-3) = ..
Pasangkan bilangan 8 pada mistar bawah dengan bilangan 0 pada mistar atas, lalu
lihat bilangan -3 pada mistar atas ternyata berpasangan dengan bilangan 5 pada
mistar bawah,sehingga 8 + (-3) = 5
b. 5 + (-8) = ..
Pasangkan bilangan 5 pada mistar bawah dengan bilangan 0 pada mistar atas, lalu
lihat bilangan -8 pada mistar atas ternyata berpasangan dengan bilangan -3 pada
mistar bawah, sehingga 5 + (-8) = -3
2.
Contoh :
Dengan menggunakan garis bilangan,
tentukanlah hasil penjumlahan berikut :
a. –3 + 5 = ..
Pada sebuah garis bilangan bulat,
dimulai dari bilangan 0 buat panah ke arah bilangan –3, lalu buat lagi tanda
panah ke arah kanan (positif) sejauh 5 satuan sehingga jatuh di bilangan 2,
maka
-3 + 5 = 2
b. 6 + (-5) = ..
Pada sebuah garis bilangan bulat, dimulai
dari bilangan 0 buat panah ke arah bilangan 6, lalu buat lagi tanda panah ke
arah kiri (negatif) sejauh 5 satuan sehingga jatuh di bilangan 1, maka 6 + (-5)
= 1
3.
Operasi Penjumlahan Pada Bilangan
Bulat
Pada himpunan bilangan Bulat terdapat pasangan-pasangan
bilangan bulat positif dan bulat negatif.
·
5
berpasangan dengan –5, maka 5 lawan dari –5
·
-
3 berpasangan dengan 3, maka –3 lawan dari 3
Sehingga :
·
Lawan
(invers jumlah) dari a adalah –a
·
Lawan
(invers jumlah) dari –a adalah a
Pengurangan suatu bilangan merupakan penjumlahan bilangan
itu dengan lawan pengurangnya.
Contoh :
1.
Dengan
menggunakan invers jumlah, tentukan hasil pengurangan bilangan-bilangan berikut
:
a)
4
– 6 = .........
b)
8
– (- 2) = .........
c)
-
5 – (- 5) = ...........
d)
–
3 – 5 = ................
Jawab :
a)
4
– 6 = 4 + (-6) = -2
b)
8
– (-2) = 8 + 2 = 10
c)
-5
– (-5) = -5 + 5 = 0
d)
–3
– 5 = -3 + (-5) = - 8
2.
Tanpa
menggunakan invers jumlah, tentukan hasil pengurangan bilangan-bilangan berikut
:
a)
–6
– (-5) = .............
b)
–9
– 4
= .............
c)
12
– (-20) = ..........
d)
–34
– (–22) = ......
Jawab :
a)
–6
– (-5) = -1
b)
–9
– 4 = -13
c)
12
– (–20) = 32
d)
–34
– (–22) = -10
G.
Media Roda
Bilangan
1.
Pengertian
Media Roda Bilangan
Salah
satu metode belajar matematika yang menyenangkan menggunakan media yang
menyenangkan dan sesuai dengan anak,
Roda bilangan adalah alat peraga berupa papan yang
dipotong melingkar dengan 61 bagian nomor meliputi:
1. angka
positif 1 sampai positif 30
2. angka
negative 1 sampai negative 30
3. angka
0
4. 1
baris kosong
dengan tujuan sebagai
media pembelajaran yang dapat memudahkan siswa tunarungu kelas VI dalam
memahami konsep dasar operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan
bulat.
Selain
itu, dengan media Roda Bilangan, siswa tunarungu dapat menjawab soal yang berkaitan
dengan materi operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan
permainan. Dimana tujuan utama
digunakannya permainan dalam pembelajaran matematika adalah untuk member
motivasi kepada siswa agar siswa menjadi tenang, Sukayati (2003:14),
menjelaskan bahwa permainan dalam pembelajaran matematika di sekolah bukan
untuk menerangkan melainkan suatau cara atau tehnik untuk mempelajari atau
membina ketrampilan dari suatau materi tertentu, secara umum cocok untuk
membentu mempelajari fakta dan ketrampilan menurut Dienes, jika benda-benda
atau objek dalam bentuk permainan akan berpengaruh bila dimanipulasi dengan
baik dalam pengajaran matematika.
2. Nilai Lebih Penggunaan Media Roda Bilangan
Penggunaan Media Roda Bilangan mempunyai nilai-nilai lebih untuk
peserta didik antara lain adalah :
a.
Media Roda Bilangan memberikan visualisasi yang
menarik dan kreatif. Hal ini akan membuat anak lebih mudah menghitung.
b.
Dalam Roda Bilangan akan menarik minat anak.
Anak tidak akan jenuh dan mereka akan bersemangat dalam memutar roda dan
menghitung hasil penjumlahan dan pengurangan.
c.
Media Roda Bilangan tidak memberatkan memori
otak saat digunakan.
d.
Alat yang digunakan sangat sederhana bisa
membuat sendiri.
3.
Cara
Menggunakan Media Roda Bilangan
Di dalam penggunaan media Roda Bilangan ini hanya digunakan untuk penjumlahan
dan pengurangan bilangan bulat satu
angka dengan satu angka dibawah 30 dengan terlebih dulu mengalikan tanda
sebelum melakukan penghitungan menjumlahkan atau mengurangkan bilangan.
Perkalian tanda dengan ketentuan:
+ x -
= -
+ x
+ = +
- x - = +
Dapat menjumlahkan atau
mengurangkan bilangan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16,
17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26,
27, 28, 29, 30 ( bagian kanan roda
bilangan ) dengan bilangan -1, - 2, - 3, - 4, -5, -6, -7, -8, -9, -10, -11, -12,
-13,
-14, -15, -16, -17, -18, -19, -20, -21, -22, -23, -24, -25, -26,
-27,
-28, -29, -30. ( bagian kiri roda
bilangan )
Adapun cara penggunaannya adalah sebagai berikut:
1. Letakkan
poros pada angka 0
2. Kalikan
tanda sebelum melakukan proses penjumlahan atau pengurangan
Proses penjumlahan dan
pengurangan
3. Letakkan
poros pada angka pertama yang akan diselesaikan dalam operasi hitung
penjumlahan atau pengurangan
4. Putar
roda ke kanan jika menyelesaikan soal penjumlahan beberapa langkah sebanyak
angka yang menjadi penjumlah
5. Putar
roda ke kiri jika menyelesaikan soal pengurangan beberapa langkah sebanyak
angka yang menjadi pengurang
6. Tuliskan
hasil pada lembar jawaban
Misalnya terdapat soal -2 - -
3 bagaimana cara menjawabnya dengan
roda bilangan?
Caranya adalah sebagai berikut:
1.
Pastikan
poros terletak pada angka 0
2.
Kalikan
tanda terlebih dahulu
-2 - - 3 = -2 + 3
3.
Lalu
letakkan poros pada angka -2
4.
Putar ke
kanan ( karena soal penjumlahan) sebanyak 3 langkah sehingga poros terletak
pada angka 1
5.
1 adalah
hasil penjumlahan -2 + 3
6.
Tuliskan
hasil penjumlahan yang telah dikerjakan yaitu 1 dalam lembar jawaban
Misalnya terdapat soal -5 - 11 bagaimana cara menjawabnya dengan roda bilangan?
1.
Pastikan
poros terletak pada angka 0
2.
Tanda
tidak dikalikan karena tidak terdapat perkalian tanda pada soal
3.
Lalu
letakkan poros pada angka -5
4.
Putar ke
kiri ( karena soal pengurangan) sebanyak 11 langkah sehingga poros terletak
pada angka -16
5.
-16
adalah hasil penjumlahan -5-11
6.
Tuliskan
hasil penjumlahan yang telah dikerjakan yaitu -16 dalam lembar jawaban
H.
Penilaian
Proses Hasil Pembelajaran
Untuk
mengukur keberhasilan pembelajaran dilakukan dengan dua cara, yaitu: penilaian
proses pembelajaran dan penilaian hasil pembelajaran.
1.
Penilaian
Proses
Penilaian proses dalam teknik pembelajaran ini menjadi
bagian yang sangat penting sekali, karena dalam model pembalajaran ini sarat
sekali dengan aktifitas siswa. Penilaian yang dilakukan tidak hanya dari faktor
penguasaan konsep saja tetapi secara utuh mencakup ranah yang lainnya dan dapat
dilihat atau diukur langsung melalui proses pembelajaran.
Untuk kelengkapan penilaian ini guru
harus menyiapkan instrumen pelengkapnya seperti :
a)
Format Penilaian Afektif
FORMAT PENILAIAN AFEKTIF
No.
|
Nama Siswa
|
ASPEK
PENILAIAN
|
jml
skor
|
kriteria
nilai
|
Ket. Aspek
yang dinilai
|
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
A.
Kesungguhan
B.
Ketelitian
C.
Tanggung jawab
D.
Disiplin
E.
Sportifitas
|
Keterangan
A. Kriteria
Skor
1. =
sangat kurang
2. =
kurang/ jarang
3. =
cukup
4. =
baik/ sering
5. =
sangat baik/ sangat sering
B. Kriteria
Penilaian
18-21
=
sangat baik
14-17
=
baik
10-13
= cukup
6- 9
= kurang
b)
Format Penilaian Psikomotor
FORMAT PENILAIAN PSIKOMOTOR
No.
|
Nama Siswa
|
ASPEK
PENILAIAN
|
jml
skor
|
kriteria
nilai
|
Ket. Aspek
yang dinilai
|
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
A. Bertanya
B. Mengemukakan
Pendapat
C. Menggunakan
Alat Peraga
D. Mentaati
aturan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan
A. Kriteria
Skor
1. = sangat kurang
2. = kurang/ jarang
3. = cukup
4. = baik/ sering
5. = sangat baik/ sangat sering
B. Kriteria
Penilaian
18-22
=
sangat baik
14-18
=
baik
10-14
= cukup
6- 9
= kurang
2. Penilaian
Hasil Belajar
Penilaian
hasil belajar merupakan kegiatan untuk dapat mengukur sejauh mana keberhasilan
proses pembelajaran telah mengantarkan anak pada penguasaan bahan ajar. Berikut
ini adalah instrument-instrument yang harus dipersiapkan sebelum melaksanakan
penilaian hasil belajar.
a. Prosedur
tes :
Diadakan
di akhir pembelajaran
b. Jenis tes :
Jenis
tes yang digunakan adalah tes tertulis
c. Bentuk
tes :
Menggunakan
tes berbentuk isian.
d. Instrument
tes berupa soal-soal seperti berikut ini
:
Hitunglah
berapa hasil penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di bawah ini !
1).
3 + (-6) = ....
2).
-4 + (-8) = ...
3).
6 – (-7) = ....
4).
-14 – (-10) = ....
5).
5 – 9 = ....
6).
16 + (-10) = ....
7).
-15 + (-6) = ....
8).
– 17 + 8 = ....
9).
-20 – 4 = ....
10).
-20 – (-4) = ....
e. Kriteria
Penilaian
Tiap
jawaban yang benar nilainya = 2
Skor
nilai ideal 10 X 2 =
20
Penentuan
nilai akhir adalah =
Skor yang diperoleh X 10
Skor ideal
BAB III
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
A. Setting
kegiatan
Siswa
kelas VI di SLB-B “PERTIWI” Kota Mojokerto berjumlah 5 anak, tetapi pada saat
observasi jumlah siswa yang masuk hanya 3 anak satu anak tidak masuk
dikarenakan izin, dari hasil pre test yang penulis lakukan pada saat sebelum pelajaran
di mulai, siswa paling banyak menjawab 2 soal dari 5 soal yang diberikan dalam
waktu 10 menit.
Setting atau lokasi
uji coba pembelajaran ini adalah SLB-B PERTIWI
Kota Mojokerto, Kelas VI, dengan jumlah siswa 3. Adapun data tentang siswa tersebut penulis
sajikan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 1
Daftar Siswa Kelas VI SLB-B PERTIWI Kota Mojokerto
Tahun Ajar 2010-2011
No
|
Nama Siswa
|
TTL
|
Jenis Kelamin
|
L
|
P
|
1
|
Andi
Bagus Setyawan
|
Mojokerto 4 Agustus 1996
|
L
|
|
2
|
Andika
Pribadi
|
Mojokerto 15 Agustus 1995
|
L
|
|
3
|
Sandi
Ananta Mulya
|
Mojokerto 27 September 1996
|
L
|
|
Dari
keadaan demikian maka penulis mencoba menggunakan media permainan roda bilangan
bertujuan untuk memudahkan siswa dalam menyelesaiakn soal operasi hitung
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dibawah 30.
Adapun
langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut :
1.
Guru
menunjukkan media roda bilangan
2.
Guru
menunjukkan cara mengerjakan soal operasi hitung penjumlahan dan pengurangan
dengan media roda bilangan
3.
Siswa
secara bergantian mengerjakan soal operasi hitung penjumlahan dan pengurangan
dengan media roda bilangan dengan bantuan guru
4.
Guru
memberikan lembar kerja siswa sebanyak 10 soal
5.
Siswa
mengerjakan lembar kerja yang dibagikan berisi 10 soal operasi hitung
penjumlahan dan pengurangan dengan media roda bilangan
6.
Guru
menganalisis hasil lembar kerja siswa
7.
Menarik
kesimpulan.
Data
akhir yang telah dikumpulkan penulis adalah terdapat perubahan nilai saat pre
test dan post test, pada saat yang sama dalam pembelajaran berhitung perkalian
dengan menggunakan media permainan puzzle angka yaitu :
Tabel 2
No
|
NAMA
SISWA
|
PRE
TEST
|
POST
TEST
|
PERUBAHAN
|
1.
|
Andi Bagus Setyawan
|
30
|
100
|
+
|
2
|
Andika Pribadi
|
20
|
100
|
+
|
3
|
Sandi Ananta Mulya
|
20
|
90
|
+
|
Rekapitulasi Nilai Pretest-Postest
Individu
Pada pre
test siswa mengerjakan soal penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan
menggunakan cara yang telah dipergunakan oleh anak yaitu dengan garis bilangan.
Setelah pembelajaran menggunakan media roda bilangan siswa dapat dengan cepat
menghitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di banding sebelum
menggunakan media tersebut hal ini dikarenakan sangat menariknya media operasi
hitung berupa roda bilangan yang membuat siswa semangat dalam belajar. Hal ini
sudah sesuai dengan tujuan digunakanya media roda bilangan tersebut
B. Rancangan
Penelitian
Menyusun rancangan penelitian merupakan hal yang harus
dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian. Rancangan penelitian ini
biasa disebut dengan desain penelitian. Seperti yang
diungkapkan Arikunto (1998 :
44)
bahwa “desain penelitian
adalah rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti sebagai ancar-ancar
kegiatan yang akan dilaksanakan”.
Jenis penelitian ini adalah pra eksperimen menggunakan
desain penelitian one-group pretest-posttest design. Eksprimen ini
dilakukan pada satu kelompok tanpa adanya kelompok pembanding. Penelitian ini
dilakukan tes sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah intervensi. Tes yang
dilakukan sebelum intervensi (O1) disebut pre-test. Dan tes yang dilakukan
sesudah intervensi (O2) disebut
post-test. Dalam penelitian ini pre-test dilakukan untuk mengukur tingkat
keterampilan motorik halus anak sebelum intervensi dan post-test dilakukan
untuk mengukur tingkat keterampilan motorik halus anak sesudah intervensi.
Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:
O1 x O2
(Arikunto, 2006 :
85)
Keterangan:
O1 : pre-test
X : intervensi
O2 : post-test
C. Variabel
Penelitian
Menurut Sugiyono (2008 : 60) variabel penelitian pada
dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang
menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 1998 : 99). Jadi dapat
disimpulkan bahwa variabel adalah segala sesuatu yang menjadi obyek penelitian.
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu:
1.
Variabel
bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya
atau timbulnya variabel terikat. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah media roda bilangan.
2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas, yaitu pemahaman konsep operasi hitung
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
D. Populasi
dan Sampel
Menurut Sugiyono (2008:117) populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008 : 118). Arikunto (2006 : 131)
sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
Yang menjadi populasi dan sampel dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa tunarungu kelas VI di SLB-B PERTIWI Kota Mojokerto yang berjumlah 3 anak .
E. Teknik
Pengumpulan Data
Sugiyono (2008 : 193) mengemukakan bahwa “terdapat dua hal utama
yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen
penelitian dan kualitas pengumpulan data”. Pengumpulan data dapat dilakukan
dengan berbagai cara dalam berbagai teknik. Menurut Arikunto, S (1993 : 121)
“alat pengumpulan data digolongkan menjadi 2 macam yaitu tes dan non tes”. Yang
dimaksud tes adalah serentetan
pertanyaan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki individu. Sedangkan yang dimaksud non tes
adalah skala bertingkat (rating Scale, kuosioner, wawancara, observasi, dan dokumentasi).
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah:
1.
Metode
Observasi
Metode observasi dalam penelitian ini digunakan sebagai
pendukung dalam memperoleh data dan informasi. Observasi dilakukan untuk
memperoleh informasi tentang kelakuan individu dalam penelitian ini adalah anak
tuangrahita sedang yang terjadi dalam kenyataan. Data-data tersebut berupa
segala hal yang berkaitan dengan pemahaman konsep operasi hitung penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat.
2.
Metode
Tes
Tes adalah tehnik pengumpulan data yang berbentuk tugas,
pertanyaan atau latihan dan dilakukan dengan menggunakan alat atau instrumne
yang bersifat mengukur. Dalam penelitian ini menggunakan tes dalam bentuk tes
tulis yang bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan
pemahaman konsep operasi hitung
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat melalui media roda bilangan siswa
tunarungu kelas VI di SLB-B
PERTIWI Kota Mojokerto .
F. Prosedur
Penelitian
Agar penelitian dapat berjalan dengan lancar, terlebih
dahulu peneliti harus mempersiapkan segala sesuatu yang berkenaan dengan jalannya proses
penelitian. Persiapan tersebut antara lain:
1.
Tahap
persiapan
a.
Menentukan
lokasi penelitian
b.
Menyusun
proposal penelitian
c.
Menyusun
instrumen penelitian
d.
Mengurus
surat ijin penelitian
2.
Tahap
pelaksanaan penelitian
Ada beberapa tahap pelaksanaan penelitian, yaitu:
a.
Perencanaan
-
Survei
tempat
Dilakukan dengan dengan tujuan untuk mengetahui adakah
kesesuaian tempat penelitian dengan permasalahan penelitian. Tempat pelaksanaan
penelitian ini adalah SLB-B PERTIWI Kota Mojokerto
-
Menyusun
jadwal
Apabila tempat penelitian telah sesuai dengan
permasalahan penelitian serta telah mendapat surat ijin, peneliti selanjutnya
menyusun jadwal pelaksanaan penelitian. Menyusun jadwal penelitian disesuaikan
dengan kegiatan belajar mengajar di lembaga tersebut.
b.
Pelaksanaan
penelitian
-
Mengadakan
pre tes
Dilakukan untuk mengetahui adanya peningkatan
pemahaman konsep operasi hitung
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat melalui media roda bilangan siswa
tunarungu kelas VI di SLB-B
PERTIWI Kota Mojokerto
-
Memberikan
perlakuan
Perlakuan
yang diberikan media pembelajaran operasi
hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat melalui berupa roda bilangan Mengadakan pos tes
Pos tes ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adanya
perubahan nilai tes setelah diberikan terapi. Selanjutnya membandingkan nilai
tersebut dengan nilai tes sebelum diberikan terapi. Kemudian dapat diketahui perbedaan hasil antara pre tes - pos tes
dengan menggunakan alat tes yang sama.
G. Metode
Analisis Data
Karena data yang diperoleh kuantitatif yaitu dalam bentuk
bilangan, maka data yang terkumpul dari pre tes dan postes selanjunya diolah
dengan menggunakan statistik non parametrik. Subyek penelitiannya kurang dari
10 orang. Rumus yang digunakan adalah rumus statistik non parametrik jenis uji
tanda (sign tes) sebagai berikut:
ZH = X - µ
σ
Keterangan:
ZH : Nilai
hasil pengujian statistik sign test
X :
Hasil pengamatan langsung yakni jumlah tanda plus
(+) – p (0,5)
µ :
Mean (nilai rata-rata) : n.p
p :
Probablitas untuk memperolah tanda (+) atau (-) = 0,5
n : Jumlah sampel
σ : Standart deviasi : √ n.p.q
q : 1 – p = 0,5 (Saleh, 1986:5)
H. Data
Hasil Kegiatan
1.
Hasil
Kegiatan Belajar
a.
Penilaian
Afektif
Tabel 3
Rekapitulasi Nilai Afektif Individu
No
|
Nama Siswa
|
Aspek Penilaian
|
Jml Skor
|
Criteria Nilai
|
Ket. Aspek yang Dinilai
|
A
|
B
|
C
|
D
|
1
|
Andi
Bagus Setyawan
|
5
|
5
|
4
|
4
|
18
|
Sgt.
baik
|
A.
Bertanya
B.
Mengemukakan Pendapat
C. Menghargai
pendapat orang lain
D. Mentaati
aturan
|
2
|
Andika
Pribadi
|
5
|
5
|
5
|
5
|
20
|
Sgt.
baik
|
3
|
Sandi
Ananta Mulya
|
5
|
4
|
5
|
5
|
19
|
Sgt.
baik
|
Jml Nilai Rata-Rata
|
18.5
|
Sgt.
baik
|
|
Tabel 4
Rekapitulasi Nilai Psikomotor Individu
No
|
Nama Siswa
|
Aspek Penilaian
|
Jml Skor
|
Criteria Nilai
|
Ket. Aspek yang Dinilai
|
A
|
B
|
C
|
D
|
1
|
Andi
Bagus Setyawan
|
5
|
5
|
4
|
4
|
18
|
Sgt.
baik
|
E.
Bertanya
F.
Mengemukakan Pendapat
G. Menggunakan
Alat Peraga
H. Mentaati
aturan
|
2
|
Andika
Pribadi
|
5
|
5
|
5
|
5
|
20
|
Sgt.
baik
|
3
|
Sandi
Ananta Mulya
|
5
|
4
|
5
|
5
|
19
|
Sgt.
baik
|
Jml Nilai Rata-Rata
|
18.5
|
Sgt.
baik
|
|
A.
Kriteria Skor
1. = sangat kurang
2. = kurang/ jarang
3. = cukup
4. = baik/ sering
5. = sangat baik/
sangat sering
B.
Kriteria
Penilaian
18-23 = sangat
baik
14-19 = baik
10-15 =
cukup
6-
9 = kurang
c. Penilaian Hasil
Ulangan Harian
Tabel 5
Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas
VI SLB-B PERTIWI Kota Mojokerto
Tahun Ajar 2010-2011
Mata
Pelajaran : Matematika
Pokok
Bahasan : Operasi Hitung Bilangan Bulat
Sub
Pokok Bahasan : Penjumlahan dan
Pengurangan Bil. Bulat
Kelas/Semester :
VI/ 1
Tahun
Ajaran : 2010-2011
No
|
Nama Siswa
|
Jenis Kelamin
|
Hasil Ulangan
|
L
|
P
|
Nilai
|
T / TT
|
1
|
Andi Bagus Setyawan
|
L
|
|
10
|
T
|
2
|
Andika Pribadi
|
L
|
|
10
|
T
|
3
|
Sandi Ananta Mulya
|
L
|
|
9
|
T
|
Keterangan : T : Tuntas TT
: Tidak Tuntas
Berdasarkan data pada tabel 5 di atas, dapat dikemukakan
sebagai berikut :
a.
Jumlah
siswa sebanyak 3orang dan seluruhnya hadir mengikuti ulangan.
b.
Rata-rata
nilai (mean) adalah 9,20
c.
Nilai tertinggi adalah 10
d.
Nilai
terendah adalah 9
e.
Ketuntasan
belajar adalah 100 %
2.
Data
Hasil Observasi dan Wawancara
a. Hasil Observasi
Tabel 6
Hasil
Observasi Aktivitas Siswa dan Katagori Respon Dalam Pembelajaran Matemátika
Pokok
Bahasan : Operasi Hitung Bilangan Bulat
Sub
Pokok Bahasan : Penjumlahan
dan Pengurangan Bil. Bulat
Kelas/Semester :
VI/ 1
Tahun
Ajaran : 2010-2011
NO
|
AKTIVITAS
SISWA
|
PERSENTASE
RESPON
SISWA
|
POSITIF
|
NEGATIF
|
1.
|
Siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran
|
100 %
|
0 %
|
2.
|
Semangat dalam belajar
|
80 %
|
20 %
|
3.
|
Minat dalam belajar
|
90 %
|
10 %
|
4.
|
Usaha siswa dalam menguasai materi
|
90 %
|
10 %
|
5.
|
Interaksi dalam pembelajaran
|
95 %
|
5 %
|
6.
|
Kerja sama siswa
|
95 %
|
5 %
|
7.
|
Kreativitas siswa
|
75 %
|
25 %
|
8.
|
Keberanian bertanya
|
80 %
|
20 %
|
9.
|
Keberanian mengemukakan pendapat
|
80 %
|
20 %
|
Berdasarkan data pada tabel 5 di atas, aktifitas siswa dalam pembelajaran
matematika mengarah pada respon yang
positif dari setiap aspek yang diteliti. Artinya penerapan cara mudah
menanamkan konsep dasar operasi hitung bilangan bulat dengan menggunakan media
Roda Bilangan berhasil meningkatkan motivasi siswa dalam mengajarkan operasi hitung bilangan bulat dengan sangat
memuaskan.
b.
Hasil Wawancara
Tabel 7
Data Hasil Wawancara Siswa dan Katagori Respon Dalam
Pembelajaran Matematika
Mata
Pelajaran : Matematika
Pokok
Bahasan : Operasi Hitung Bilangan Bulat
Sub
Pokok Bahasan : Penjumlahan
dan Pengurangan Bil. Bulat
Kelas/Semester :
VI/ 1
Tahun
Ajaran : 2010-2011
NO
|
ASPEK WAWANCARA
|
PERSENTASE
RESPON SISWA
|
POSITIF
|
NEGATIF
|
1.
|
Bagaimana perasaan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran
|
100 %
|
0 %
|
2.
|
Bagaimana pendapat siswa terhadap :
a. Materi yang diberikan
b. Model pembelajaran
c. Teknik pembelajaran
d. Alat peraga
|
100 %
100 %
100 %
100 %
|
0 %
0 %
0 %
0 %
|
3.
|
Bagaimana tanggapan siswa terhadap mata matematika
|
90 %
|
10 %
|
4.
|
Bagaimana tanggapan siswa terhadap penggunaan media Roda Bilangan dalam
pembelajaran.
|
100 %
|
0 %
|
Berdasarkan data pada tabel 7 di atas, respon siswa dalam pembelajaran
matematika persentase respon positif lebih
unggul dari pada respon yang positif dalam setiap aspek pertanyaan dari
wawancara yang dilakukan. Artinya
penerapan cara mudah menanamkan konsep dasar operasi hitung bilangan bulat
dengan menggunakan media Roda Bilangan berhasil meningkatkan minat siswa dalam
mengajarkan operasi hitung bilangan bulat dengan sangat memuaskan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Atas dasar hasil dari pelaksanaan
penerapan/penggunaan media roda bilangan, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
menyelesaikan soal operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
dengan mengunakan media roda bilangan sangat perlu di terapkan dan dikembangkan
mengingat bahwasannya alat yang digunakan cukup sederhana dan bisa membuat
sendiri, namun memiliki manfaat yang sangat besar dimana anak bersemagat tidak
jenuh dan bisa menyelesaiakan soal-soal operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
dengan cepat.
Kebanyakan siswa tunarungu yang
menyukai bidang study matematika pasti sangat senang dan semakin rajin belajar operasi
hitung. penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat menggunakan media roda
bilangan.
B.
Saran
Di saat memberikan pelajaran
matematika tidaklah harus di dalam kelas namun bias juga dilaksanakan diluar
ruangan kelas dimana belajar sambil bermain dapat juga berbentuk kelompok agar
lebih terjalin kooperatif anak dalam menyelesaiakan soal. Selain itu diharapkan
juga keikutsertaan orang tua berpartisipasi aktif dalam pembelajaran saat di
rumah sehingga akan membantu anak dalam mengatasi permasalahannya. Sehingga
diharapkan tejadi kesinambungan hubungan antara sekolah dengan orang tua
DAFTAR
PUSTAKA
Budimansyah,
Dasim. (2002). Model Pembelajaran Berbasis Portofolio. Bandung : Genesindo.
Dinas
Pendidikan Kabupaten Cirebon. (2002). Model-model
Pembelajaran. “Modul Pelatihan”, Kepala Sekolah dan Guru Kelas. Cirebon :
Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon.
Dyah
Sriwelujeng, P.Pd. Dalam Power Point. (2004). Pendekatan Kooperative Learning dan Numbered Heads Togethe., PPPG
PMP-IPS : Malang.
Hasibun, j. dan Moejiono, M. (1989). Proses Belajar Mengajar. Bandung
: CV Bina Cipta.
Karso.
(1995). Pendidikan Matematika. Modul
Perkuliahan Universitas Terbuka Pada Program PGSD. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan : Jakarta.
Lie,
Anita. (2002). Cooperative Learning:
Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta : Grasindo
Gramedia.
Mulyana,
E. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Dra.
Lani Bunawan & Cecelia Susila Yuwati. SP.d 2000 Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu
: Yayasan santi Rama, Jakarta.
Supardjo,
2007 Matematika Gemar Berhitung 4A :
PT Tiga Serangkai Mandiri.
Abdurrahman,
M. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan
Belajar : Jakarta Depdikbud
Purtanto,
P, Yuwono, T : Kamus Kecil Bahasa
Indonesia, Arkola
Sadjaah
Edja, 2005, Pendidikan Bahasa Bagi Anak Gangguan Pendengaran Dalam Keluarga:
Jakarta, Depdikbud.
DAFTAR TABEL
Halaman
1.
Daftar Siswa Kelas VI SLB-B PERTIWI
Kota Mojokerto ........................... 28
2. Rekapitulasi Nilai Pretest-Post
test Individu................................................... 29
3. Rekapitulasi Nilai Afektif Individu................................................................. 34
4. Rekapitulasi Nilai Psikomotor Individu.......................................................... 35
5. Nilai Ulangan Harian ...................................................................................... 36
6. Hasil Observasi Aktifitas Siswa .................................................................... 37
7. Data Hasil Wawancara ................................................................................... 38