Selasa, 18 September 2012

JURNAL KETUNARUNGUAN


UNIVERSITI KEBANGSAAN MALAYSIA
Seminar Internasional Pelajar Pasca Siswazah Pendidikan Khas


Pengaruh Penggunaan Metode Kubaca Terhadap Hasil Belajar Membaca Permulaan Siswa Tunarungu Kelas B1 di TKLB-B Karya Mulia Surabaya-Indonesia


Khofidotur Rofiah
Corresponding Author, Lecturer at Surabaya State University
Jl. Ketintang, Surabaya 60231
 East Java, Indonesia
Tel: +62857-91234030

Endang Purbaningrum
Lecturer at Airlangga University, Indonesia

Abstrak
The purpose of this study was to examine the influence of the kubaca methods on the results of deaf students learn to read the beginning of class B1 in Kindergarten of Kindergarten of Karya Mulia Surabaya. Implementation of this study using a research design research design Experimentation with Pre One Group Pre Test Post Test. While data collecting technique using the method of documentation of tests and observation. The subjects in this study were 8 children with hearing impairment in class B1 Kindergarten of Kindergarten of Karya Mulia Surabaya who have mild hearing loss level and have normal average IQ. The material used is read 74 basic words, stringing words into simple sentences consisting of a minimum of SPO and resolve problems related to beginning reading. Time used was 26 times with the allocation of 2 x 30 minutes of each meeting. A meeting in early for pre test and a meeting at the end to post-test.Analysis of data from the beginning to learn to read using non-parametric statistical formula type "Test Tag" (Sign Test). The results obtained demonstrate the value of Z 2.47 calculated by comparison of the critical value α = 0.5 the value of Z is a rejection limit of 1.96 <Z <-1.96 then Ho is rejected because the Z value of 2.47 calculated on the value 1, 96. The results showed a significant effect on the results of deaf students learn to read the beginning of class B1 Kindergarten of Kindergarten of Karya Mulia Surabaya between before and after the intervention is given through a Kubaca method.
Key words: Kubaca method, read the beginning, and deaf students


 
1.       Introduction
Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya diperlukan adanya suatu komunikasi. Bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama dalam menyampaikan gagasan-gagasan, ide, perasaan dan pikiran. Bahasa sebagai alat komunikasi dengan lingkungan (baik lingkungan kecil dalam ruang dan waktu, maupun lingkungan besar dalam ruang dan waktu).
Keterampilan bahasa menurut Agustin (2010:1) adalah  salah satu ketrampilan dasar yang merupakan prasyarat agar dapat berkomunikasi dengan orang lain. Ketrampilan ini harus dimiliki oleh setiap orang, tidak terkecuali bagi anak berkebutuhan khusus, termasuk anak tunarungu. Anak tunarungu mengalami gangguan pada fungsi pendengaran yang menyebabkan anak tidak mampu untuk menangkap informasi dan mengucapkannya kembali, sehingga perkembangan bahasanya pun menjadi terhambat. Kondisi ini menyebabkan anak tunarungu mengalami hambatan dalam hal komunikasi. Hal ini sesuai dengan pendapat pakar pendidikan tunarungu, Daniel (dalam Sadjaah 2005:1) yang berpendapat  bahwa ketunarunguan memberikan dampak inti yang diderita oleh yang bersangkutan yaitu gangguan atau hambatan perkembangan bahasa.
Anak tunarungu perlu dibekali keterampilan berbahasa agar mereka mampu berkomunikasi. Upaya pengembangan keterampilan bahasa di SLB-B diberikan melalui pengajaran berbahasa yang meliputi berbagai aspek, antara lain : keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Diantara beberapa keterampilan tersebut, membaca memegang peranan yang sangat penting.Menurut Bowman membaca merupakan sarana yang tepat untuk mempromosikan pembelajaran sepanjang hayat. Mengajarkan membaca pada anak berarti memberi anak tersebut sebuah masa depan, yaitu bagaimana cara mengeksplorasi dunia manapun yang dia pilih dan memberikan kesempatan untuk mendapatkan tujuan hidupnya (dalam Sessiani, 2007:18).        Membaca sangat penting bagi tunarungu dan merupakan kunci untuk keberhasilan belajar siswa di sekolah, karena merupakan prasyarat bagi upaya belajar berbagai mata pelajaran lainnya. Kemampuan membaca dan minat membaca yang tinggi adalah modal dasar untuk keberhasilan anak dalam berbagai mata pelajaran.  Menurut Ashman & Elkins, 1994 (dalam Wibowo, 2009:3) menyatakan bahwa banyak penelitian yang dilakukan selama 30 tahun terakhir ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan membaca anak tunarungu berada beberapa tahun di bawah anak sebaya/ sekelasnya anak-anak yang dapat mendengar, terutama kosakata anak tunarungu terbatas.
Mengajarkan anak membaca sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Hal ini sejalan dengan pernyataan Hasentab & Horner, 1982 (dalam Purbaningrum, 2001:2) bahwa perkembangan bahasa anak tunarungu tergantung pada interkorelasi dari berbagai factor antara lain: intervensi awal, intervensi berbahasa dan pengalaman hidup anak terkait dengan kehilangan pendengarannya. Dalam hal ini keterampilan membaca merupakan salah satu aspek dari keterampilan berbahasa. Menurut Prasetyono (2008:163) kemampuan membaca pada usia dini banyak mempengaruhi tingkat intelegensi anak. Semakin dini seorang anak belajar membaca maka semakin gemar ia membaca dan semakin baik ia membaca. Maka seharusnya orang tua dan guru mengajarkan anak membaca sejak dini. Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai ilmu. Jika pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka ia akan mengalami kesulitan dalam mempelajari berbagai kegiatan belajar. Oleh karena itu, anak harus belajar membaca agar ia dapat membaca untuk belajar (Abdurrahman, 1999).
Anak usia dini berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat, baik fisik maupun mental (Suyanto, 2005:5). Maka tepatlah bila dikatakan bahwa usia  dini adalah usia emas (golden age), di mana anak sangat berpotensi mempelajari banyak hal dengan cepat termasuk belajar membaca. Doman (2005:13) juga mendukung pernyataan ini, karena menurutnya waktu terbaik untuk belajar membaca kira-kira bersamaan waktunya dengan anak belajar bicara, dan masa peka belajar anak terjadi pada rentang usia 3 hingga 5 tahun. Memperkenalkan dunia membaca kepada anak lebih awal, akan membantunya memiliki kemampuan untuk mengenali banyak hal dan memberinya pemahaman tentang sesuatu yang mereka baca. Setiap anak yang terbiasa membaca sejak dini, akan mempelajari cara berbahasa yang benar. Dengan demikian, mereka memiliki peluang untuk bisa menjalin hubungan secara lebih luas dengan keadaan di sekelilingnya (Hariyanto, 2009:53). Hal yang tidak kalah penting adalah kemampuan dasar yang dibentuk dengan cara membaca akan terus terbawa selamanya. Pada usia dini, anak yang tidak bisa mempertahankan ingatannya terhadap apa yang telah dipelajarinya merupakan sesuatu yang sangat wajar. Hal yang terpenting adalah sikap yang tidak mudah menyerah dan putus asa untuk tetap mengajarinya membaca. Maka dapat disimpulkan bahwa pengajaran membaca sejak usia Taman Kanak-kanak atau bahkan sejak usia 3 tahun bukanlah sesuatu yang aneh atau tidak boleh dilakukan, karena yang terpenting adalah pengemasan materi serta metode yang digunakan.
Saat ini terdapat metode baru untuk meningkatkan keterampilan membaca yaitu metode membaca cepat Kubaca yang diciptakan oleh Litasari pada tahun 2003. Setelah metode ini diujicobakan pada anak usia 3-4 tahun, metode kubaca mulai disebarluaskan di Indonesia sejak Juli 2005, dan telah terdaftar dengan Hak Cipta No. 031744 Tanggal 27-12-2005. Keunggulan metode Kubaca terletak pada sistem membaca kata secara utuh, dengan pilihan kata yang tepat (corpus linguistik) sesuai dengan perkembangan pemerolehan bahasa anak sebagai pembaca pemula. Jadi, metode Kubaca langsung mengajari anak membaca kata. Kemudian anak diajari menyusun kata menjadi kalimat yang baik dan benar, anak akan lebih mudah dan cepat dalam membaca. Hal ini sangat berbeda dengan pembelajaran membaca di sekolah pada umumnya yang mengajarkan huruf alfabet atau suku kata yang tidak bermakna. Menurut Litasari, penemu dan pengembang metode kubaca, Metode kubaca dipijakkan pada konsep emergent literacy (kebutuhan yang harus dipenuhi) bukan reading readiness (hanya mempersiapkan anak membaca) yang lebih holistic dan sadar akan kemajemukan kecerdasan manusia, terutama pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak. Metode pembelajaran kubaca juga mempunyai konsep belajar membaca berbasis kata bukan mengeja huruf. Dengan metode kubaca, pembaca pemula, terutama anak balita, akan belajar membaca melalui berbagai macam permainan yang menyenangkan dan dibantu dengan kartu-kartu kata. Bagi balita, metode kubaca akan menjadi lahan yang subur dan papan lontar (spring-board) bagi perkembangan kreatifitas mereka serta memberi mereka kemampuan menggagas sesuatu, baik secara lisan maupun tertulis (dalam Hariyanto, 2009:48).
Anak gangguan pendengaran dijuluki sebagai insan visual, oleh karena itu keseluruhan kegiatannya banyak ditopang oleh fungsi visualnya (Sadjaah, 2005:24). Dengan karakteristik yang seperti itu, maka diperlukan suatu solusi metode pembelajaran membaca yang inovatif dengan media kartu kata untuk memvisualisasikan materi pelajaran yang disampaikan untuk menghilangkan kesan abstrak, sehingga materi pelajaran dapat tersampaikan secara efektif dan efisien.  Mengingat ketertarikan penulis akan betapa pentingnya pembelajaran membaca bagi tunarungu khususnya pada tunarungu usia dini, maka dilakukan suatu penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar membaca permulaan melalui metode kubaca pada siswa tunarungu kelas B1 di TKLB-B Karya Mulia Surabaya.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan dalam paparan tersebut, maka dapat dirumuskan  sebagai berikut. (1) “Bagaimana pelaksanaan metode kubaca terhadap hasil belajar membaca permulaan  siswa tunarungu kelas B1 di TKLB-B Karya Mulia Surabaya?”, (2) “Bagaimanakah pengaruh metode kubaca terhadap hasil belajar membaca permulaan siswa tunarungu kelas B1 di TKLB-B Karya Mulia Surabaya?”. Sedangkan tujuan adalah, (1)  Untuk mengkaji pengaruh metode kubaca terhadap hasil belajar membaca permulaan siswa tunarungu kelas B1 di TKLB-B Karya Mulia Surabaya, (2) Untuk mengkaji hasil belajar membaca permulaan siswa tunarungu sebelum  dan sesudah diintervensi melalui metode kubacaStudy Design

2.       Metode Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kuantitatif pra eksperimental dengan menggunakan desain “the one group pretest posttest design”. Sedangkan teknik pengumpulan datanya menggunakan metode dokumentasi tes dan observasi. Metode dokumentasi untuk memperoleh dan mengumpulkan data tentang sampel yang meliputi umur, tingkat kecerdasan rata-rata dan tingkat ketunarunguan siswa. Metode tes  digunakan untuk memperoleh data hasil belajar pada anak sebelum diberikan intervensi dan sesudah diberikan intervensi. Tes yang digunakan ada dua yakni pre test untuk mengetahui hasil belajar membaca permulaan siswa tunarungu sebelum diberikan intervensi dengan menggunakan Metode Kubaca. Kemudian post test untuk mengetahui hasil hasil peningkatan belajar membaca permulaan siswa tunarungu setelah diberikan Metode Kubaca. Soal yang digunakan pada materi pre test dan post test memiliki materi yang sama mengenai belajar membaca permulaan siswa tunarungu. Observasi dalam penelitian ini digunakan sebagai metode pendukung dalam memperoleh informasi dan data. Peneliti menggunakan metode observasi partisipatif dimana peneliti berinteraksi secara penuh saat proses pembelajaran dengan subjek penelitian.

3.       Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini tidak bersifat random, hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik  pada setiap siswa tunarungu. Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa-siswi tunarungu kelas B1 di TKLB-B Karya Mulia yang berjumlah 8 siswa dengan karakteristik sebagai berikut: (1) Usia antara 6-8 tahun, (2) Tingkat ketunarunguan 80 dB ke atas, (3) Tingkat IQ normal 90-112. Materi yang digunakan adalah membaca 74 kata dasar, merangkai kata menjadi kalimat sederhana yang terdiri dari minimal SPO dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan membaca permulaan. Waktu yang digunakan adalah 26 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 30.
Tabel 1. Data Subjek Penelitian Siswa Kelas B1 di TKLB-B Karya Mulia Surabaya
No
Nama
Jenis Kelamin
Tempat/Tgl Lahir
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
AH
AK
AN
DL
HA
MD
NS
YT
L
P
P
P
P
P
P
P

Surabaya, 22 Mei 2005
Surabaya, 26 November 2004
Surabaya, 11 Maret 2004
Surabaya, 26 Desember 2003
Surabaya, 30 Januari 2005
Wonogiri, 08 Maret 2005
Surabaya, 03 Juni 2004
Gresik, 24 Maret 2005


4.       Analisis Data
Analisis data hasil belajar membaca permulaan menggunakan rumus statistik non parametric jenis “Uji Tanda” (Sign Test). Uji tanda yang berdasarkan atas tanda positive dan negative, dari perbedaan antara pasangan pengamatan. Bukan didasarkan atas besarnya perbedaan. Uji tanda dapat dipergunakan untuk mengetahui efek dari suatu treatment tertentu (Djarwanto, 2004:17).
Adapun Interpretasi Hasil Analisis Data yang akan diuji adalah; (1) Jika ZH ≤ Z tabel, Ho diterima, yang artinya “tidak ada pengaruh penggunaan metode kubaca terhadap hasil belajar membaca permulaan siswa tunarungu kelas B1 di TKLB-B Karya Mulia Surabaya”, (2) Jika ZH > Z tabel, berarti Ho ditolak, dan Ha diterima yang artinya “ada pengaruh penggunaan metode kubaca terhadap hasil belajar membaca permulaan siswa tunarungu kelas B1 di TKLB-B Karya Mulia Surabaya”.

5.       Hasil Penelitian
Pelaksanaan penelitian dalam meningkatkan hasil belajar  membaca permulaan siswa tunarungu menggunakan metode Kubaca  ini diawali dengan pemberian pretest yang berupa tes baca kepada seluruh siswa tunarungu kelas B1 TKLB B. Pretest ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca permulaan siswa tunarungu mengenai 74 kata dasar sebelum diberikan perlakuan atau intervensi. Adapun soal  pretest terdiri atas kategori soal; (1) Membaca 20 kata dasar, (2) Logika berbahasa dengan memilih susunan kalimat yang tepat yang terdiri atas 2 kata dengan jumlah soal sebanyak 3 soal, (3) Logika berbahasa dengan memilih susunan kalimat yang tepat yang terdiri atas 3 kata dengan jumlah soal sebanyak 3 soal, (4) Melengkapi kalimat dengan pilihan kata yang sesuai sebanyak 5 soal, (5) Menjawab dengan benar pertanyaan sebagai indikasi pemahaman terhadap kalimat sebanyak 5 soal, (6)Membaca kalimat dengan 45 kata yang terbagi menjadi 7 soal.
Pre test ini diberikan pada awal pertemuan sebelum siswa tunarungu diberikan intervensi. Untuk nilai hasil pretest siswa tunarungu kelas B1 TKLB B Karya Mulia Surabaya dengan 8 sampel terlihat pada tabel 2 berikut:





Tabel 2. Data Hasil Pre Test Hasil Belajar Membaca Permulaan Sebelum diIntervensi Menggunakan
Metode Kubaca
No
Nama Subyek
Nilai Pretest Per Kategori Soal
Jumlah
A
B
C
D
E
F
1
AH
8
2
3
4
2
10
29
2
AK
6
2
3
4
4
4
23
3
AN
12
2
3
4
6
14
41
4
DL
16
6
6
6
10
14
58
5
HA
17
6
3
8
8
10
52
6
MD
8
2
3
4
8
10
35
7
NS
8
6
3
2
6
11
36
8
YT
18
4
9
8
10
12
61
Rata-rata
41,9
Keterangan:
A.       Membaca 20 kata dasar
B.       Logika berbahasa dengan memilih susunan kalimat yang tepat yang terdiri atas 2 kata dengan jumlah soal sebanyak 3 soal
C.       Logika berbahasa dengan memilih susunan kalimat yang tepat yang terdiri atas 3 kata dengan jumlah soal sebanyak 3 soal
D.      Melengkapi kalimat dengan pilihan kata yang sesuai sebanyak 5 soal
E.       Menjawab dengan benar pertanyaan sebagai indikasi pemahaman terhadap kalimat sebanyak 5 soal
F.       Membaca kalimat dengan 45 kata yang terbagi menjadi 7 soal

Setelah peneliti mengetahui rendahnya hasil belajar keterampilan membaca permulaan mengenai 74 kata dasar melalui pretest, Peneliti menggunakan metode membaca cepat “Kubaca” sebagai intervensi atau perlakuan. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini ialah 26 kali pertemuan dengan 24 kali intervensi. Setiap intervensi dilakukan selama 2 x 30 menit pada setiap pertemuan. Materi intervensi yang diterapkan pada setiap pertemuan yaitu mengenai; (1) Membaca 74 kata dasar, (2) Logika berbahasa, (3) Melengkapi kalimat, (4) Membaca kalimat, (5) Memahami pertanyaan.
Penelitian ini diawali dengan pembelajaran membaca kartu kata secara klasikal terlebih dahulu, lalu dilanjutkan dengan pembelajaran secara individual. Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah; (1) Guru memberikan beberapa kartu kata (seperti yang telah ditentukan dalam silabus), (2) Guru membacakan kartu kata dan siswa memperhatikan tanpa menirukan, (3) Guru membacakan kartu kata dan siswa memperhatikan dengan menirukan, (4) Siswa membaca kartu kata yang ditunjukkan oleh guru, (5) Guru mengacak kartu kata dan menyuruh siswa membacakan secara acak, (6) Guru menyusun kartu kata menjadi rangkaian kalimat yang terdiri dari 2-3 kata, (7) Siswa mengerjakan beberapa permainan bahasa yang terdapat pada buku membaca cepat dan LKS, (8) Guru memberikan reward berupa stiker bagi siswa yang dapat mengerjakan permainan bahasa yang terdapat pada buku membaca cepat dan LKS dengan benar.
Pemberian postest dilakukan setelah pemberian intervensi  terakhir dilakukan. Postest dilakukan untuk mengetahui hasil belajar membaca permulaan siswa tunarungu kelas B1 di TKLB-B Karya Mulia Surabaya setelah diberikan intervensi berupa pengajaran membaca permulaan melalui metode Kubaca.  Tes yang digunakan dalam postest memiliki materi yang sama dengan soal pretest. Hal ini dilakukan bertujuan untuk mengukur seberapa besar perubahan/perbedaan nilai hasil belajar membaca permulaan siswa antara sebelum dan sesudah diberikannya intervensi berupa pengajaran membaca permulaan melalui metode kubaca. Adapun hasil nilai postest dapat dilihat pada tabel 3 berikut:


No
Nama Subyek
Nilai Pretest Per Kategori Soal
Jumlah
A
B
C
D
E
F
1
AH
12
4
6
6
8
25
61
2
AK
11
2
3
4
6
24
50
3
AN
20
4
6
8
8
40
86
4
DL
20
6
9
6
8
41
90
5
HA
20
4
6
6
8
37
81
6
MD
16
4
6
10
10
40
86
7
NS
13
2
3
8
6
26
58
8
YT
20
6
6
6
8
39
85
Rata-rata
74,6
Tabel 3. Data Hasil Post Test Hasil Belajar Membaca Permulaan Sesudah  diIntervensi Menggunakan Metode Kubaca
Keterangan:
A.       Membaca 20 kata dasar
B.       Logika berbahasa dengan memilih susunan kalimat yang tepat yang terdiri atas 2 kata dengan jumlah soal sebanyak 3 soal
C.      Logika berbahasa dengan memilih susunan kalimat yang tepat yang terdiri atas 3 kata dengan jumlah soal sebanyak 3 soal
D.      Melengkapi kalimat dengan pilihan kata yang sesuai sebanyak 5 soal
E.       Menjawab dengan benar pertanyaan sebagai indikasi pemahaman terhadap kalimat sebanyak 5 soal
F.       Membaca kalimat dengan 45 kata yang terbagi menjadi 7 soal

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Pre Test dan Post Test Hasil Belajar Membaca Permulaan Melalui
              Penggunaan Metode Kubaca
No
Nama Subyek
Pretest
Post Test
1
AH
29
61
2
AK
23
50
3
AN
41
86
4
DL
58
90
5
HA
52
81
6
MD
35
86
7
NS
36
58
8
YT
61
85
Rata-rata
41,9
74,6

Berikut ini akan disajikan analisis dengan menggunakan “Uji Tanda” (Sign Test) Zh, untuk mengadakan estimasi tentang nilai kritis dari suatu distribusi yang diambil secara terus menerus terhadap suatu populasi pada pola uji pre test dan post test hasil belajar membaca permulaan.


Tabel 5. Tabel Kerja Hasil Pre Test dan Post Test dalam Perubahan Tanda (+/ -) Tentang
        Pengaruh Penggunaan Metode Kubaca Terhadap Kemampuan Membaca Permulaan
        Siswa Tunarungu Kelas B1di TKLB-B Karya Mulia Surabaya
    No
Nama
Nilai
Perubahan +/-
Pre test
post test
1
AH
29
61
+
2
AK
23
50
+
3
AN
41
86
+
4
DL
58
90
+
5
HA
52
81
+
6
MD
35
80
+
7
NS
36
58
+
8
YT
61
85
+
Jumlah Tanda
X= 8

6.       Pembahasan Hasil
Pengaruh Penggunaan Metode Kubaca terhadap Hasil Belajar Membaca Permulaan Siswa Tunarungu Kelas B1 di TKLB-B Karya Mulia Surabaya. Nilai kritis α = 0,5 batas penolakan nilai Z adalah 1,96 < Z < -1,96 karena nilai Z hitung sebesar 2,47 diatas nilai 1,96 maka Ho ditolak. Berarti ada pengaruh yang signifikan setelah diberi perlakuan atau intervensi pada subyek dengan menggunakan metode Kubaca terhadap kemampuan membaca permulaan siswa tunarungu kelas B1 TKLB-B Karya Mulia Surabaya pada 5 aspek kemampuan meliputi; (1) Membaca 74 kata dasar, (2) Logika berbahasa, (3) Melengkapi kalimat, (4) Membaca kalimat, (5) Memahami pertanyaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar membaca permulaan siswa tunarungu kelas B1 di TKLB-B Karya Mulia Surabaya setelah dilakukan intervensi dengan menggunakan metode Kubaca. Terdapat perubahan yang sangat baik antara hasil pre test dan post test. Hal ini terlihat dari perbedaan nilai yang signifikan pada tes yang dilakukan sebelum dan sesudah diberikannya intervensi melalui metode kubaca. Dalam penelitian ini terdapat beberapa masalah yang menyebabkan tidak optimalnya hasil penelitian, antara lain: (1) Seringnya siswa tidak masuk kelas, terlihat pada kasus NS, (2) Kurangnya motivasi belajar anak yang menyebabkan anak sering mengantuk dan malas belajar, terlihat pada kasus AK, (3) Keterbatasan daya tangkap terhadap materi yang diberikan yang merupakan pengaruh dari ketunarunguannya, terlihat pada kasus AH dan MD. Masalah tersebut dapat teratasi dengan pemberian pengulangan materi sebelumnya disetiap awal kali intervensi untuk bertujuan agar siswa tidak mudah lupa terhadap materi yang diberikan sebelumnya dan untuk mengejar ketertinggalan materi bagi siswa yang tidak masuk.
Terlepas dari semua itu, dalam penelitian ini metode kubaca telah membuktikan bahwa anak usia dini juga berpotensi diajarkan membaca. Hal ini sesuai dengan pendapat Prasetyono (2008:163) kemampuan membaca pada usia dini banyak mempengaruhi tingkat intelegensi anak. Semakin dini seorang anak belajar membaca maka semakin gemar ia membaca dan semakin baik ia membaca. Maka seharusnya orang tua dan guru mengajarkan anak membaca sejak dini. Hal ini dikarenakan anak usia dini berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat, baik fisik maupun mental (Suyanto, 2005:5). Maka tepatlah bila dikatakan bahwa usia  dini adalah usia emas (golden age), di mana anak sangat berpotensi mempelajari banyak hal dengan cepat termasuk belajar membaca.
Hal ini sebanding dengan penelitian yang dilakukan Litasari, penemu dan pengembang metode kubaca, pada tahun 2003 terhadap beberapa subyek dengan intelegensi normal dan berusia 3 tahun ke atas (balita) dalam melatih kemampuan membaca permulaan menggunakan metode Kubaca yang mencapai tingkat keberhasilan diatas 90%. (Sumber: Kubaca). Penelitian tersebut mendukung hasil penelitian ini yaitu metode kubaca merupakan metode yang signifikan digunakan untuk meningkatkan hasil belajar membaca permulaan siswa tunarungu kelas B1 di TKLB-B Karya Mulia Surabaya.

7.       Kesimpulan
Terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar membaca permulaan siswa tunarungu kelas B1 TKLB B Karya Mulia Surabaya dengan menggunakan Metode Kubaca. Hal ini dapat terbukti dari hasil belajar membaca permulaan siswa tunarungu sebelum diberikan intervensi memperoleh nilai rata-rata 41,9 dan setelah diberikan intervensi melalui Metode Kubaca hasil belajar membaca permulaan siswa tunarungu kelas B1 TKLB B Karya Mulia Surabaya mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata 74,6.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui nilai Z hitung sebesar 2,47 lebih besar daripada nilai kritis α = 0,5 batas penolakan nilai Z adalah 1,96 < Z < -1,96. Sehingga pengujian yang telah dilakukan diketahui bahwa hipotesis nol ditolak dan hipotesis kerja diterima. Hal ini berarti ada pengaruh penggunaan metode Kubaca terhadap hasil belajar membaca permulaan  siswa tunarungu kelas B1 di TKLB-B Karya Mulia Surabaya. Upaya untuk meningkatkan hasil belajar  membaca permulaan siswa tunarungu usia dini (usia TK) salah satunya adalah dengan cara melalui penggunaan metode Kubaca. Hal ini telah dibuktikan dengan hasil penelitian yang menyatakan : Ada pengaruh penggunaan metode Kubaca terhadap hasil belajar membaca permulaan siswa tunarungu kelas B1 di TKLB-B Karya Mulia Surabaya.
Adapun saran yang dapat diberikan yaitu; (1) Semua materi baik LKS maupun Buku Membaca Cepat pada metode kubaca,  menggunakan huruf balok. Sebaiknya bagi anak tunarungu, khususnya siswa TKLB-B Karya Mulia Surabaya, materi diberikan menggunakan huruf latin tegak bersambung karena huruf latin tegak bersambung digunakan juga untuk mengontrol berbicaranya, (2) Materi pada metode kubaca, gambar tidak diberikan untuk menjelaskan kata (namun pada LKS dan Buku Membaca Cepat tetap terdapat gambar). Sebaiknya bagi anak tunarungu, khususnya siswa TKLB-B Karya Mulia Surabaya gambar diberikan perkata untuk menyamakan persepsi akan konsep. Hal ini dikarenakan anak tunarungu lebih dapat mencerna informasi dengan baik menggunakan bantuan visual (gambar), (3) Pelaksanaan metode kubaca level 1, waktu yang ditargetkan adalah 24 X 60 menit, namun bagi anak tunarungu perlu waktu tambahan untuk lebih membentuk pemahaman konsep per kata yang diberikan, jadi selain siswa bisa membaca (menerjemahkan simbol tulisan kedalam ucapan) namun mereka juga mengerti makna per kata.

Referensi

Abdurrahman, M. (1999). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Agustin, Erfira. (2010). Peningkatan Ketrampilan Menulis Cerita melalui Teknik Mind Mapping pada Siswa Tunarungu Kelas V SLB Negeri Lamongan. Skripsi Tidak Diterbitkan. Surabaya: JPLB FIP UNESA.

Arikunto, Suharsimi. (2003). Dasar- dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Bunawan, Lani dan Yuwati C.S. (2000). Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta: Yayasan Santi Rama.

Doman, G., dan Doman, J. (2005). How To Teach Your Baby To Read: Bagaimana Mengajar  Bayi  Anda  Membaca  (Alih  Bahasa:  Grace  Satyadi).  Jakarta: Tigaraksa Satria.
Ferniati, F.D. (2010). Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan dengan Menggunakan Media Flashcard pada Siswa Tunarungu kelas I di SLB B/C Siti Hajar Sidoarjo. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: JPLB FIP UNESA.
Grainger,  J.  (2003).  Problem  Perilaku,  Perhatian,  dan  Membaca  pada  Anak:Strategi Intervensi Berbasis Sekolah (Alih Bahasa: Enny Irawati). Jakarta: Grasindo.
Hainstock,  E.  G. (2002).  Montessori  untuk  Anak  Prasekolah.  Jakarta:  Pustaka Delaprasta.
Hariyanto, Agus. (2009). Membuat Anak Anda Cepat Pintar Membaca!. Jogjakarta: DIVA Press.
Hurlock, E.B. (1997). Perkembangan Anak Jilid I (Alih  Bahasa:Meitasari Tjandrasa dan Muslichach Zarkasih). Jakarta: Erlangga.
Iskandarwassid, dan Sunendar. (2009).  Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Rosda.
Mar’at, S. (2005). Psikolinguistik – Suatu Pengantar. Bandung: Refika Aditama.
Patmonodewo, S. (1995). Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Prasetyono, D.S. (2008). Rahasia Mengajarkan Gemar Membaca pada Anak Sejak Dini. Jogjakarta: DIVA Press.
Purbaningrum, E. (2001). Pengaruh Bimbingan Ketrampilan Berbahasa Terhadap Perkembangan Bahasa Anak Tunarungu Pra Sekolah. Tesis magister kesehatan yang tidak dipublikasikan. Surabaya: UNAIR.
Purwanto, N.,  dan Alim, D. (1997). Metodologi Pengajaran Bahasa  Indonesia  di Sekolah Dasar. Jakarta: Rosda Jayaputra.
Sadjaah, E. (2005). Pendidikan Bahasa Bagi Anak Gangguan  Pendengaran Dalam Keluarga. Jakarta: Depdikbud.
Saleh, Samsubar. (1996). Statistik Nonparametrik Edisi 2. Yogyakarta : BPFE
Sessiani, L.A. (2007). Pengaruh Metode Multisensori dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak Taman Kanak-kanak. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: F-Psikologi UNDIP.
Somantri, S. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama
Sudjana. (1996). Metoda Statistika Edisi Ke 6. Bandung : Tarsito.
Suyanto,  S.  (2005).  Dasar-dasar  Pendidikan  Anak  Usia  Dini.  Yogyakarta: Hikayat.
Tim  Penyusun  Kamus  Pembinaan  dan  Pengembangan  Bahasa.  (1999).  Kamus Besar Bahasa Indonesia – Edisi Kedua, Cetakan Kesepuluh. Jakarta: Balai Pustaka. 
Tim Penyusun. (2006). Panduan dan Penulisan Skripsi. Surabaya: Unipress
Tim Penyusun. (2004). Kurikulum Berbasis Kompetensi  TKLB-B. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Wahyuni, Sri., Ibrahim, A.S (Penyunting). (2010). Cepat Bisa Baca. Jakarta: Gramedia.
Wibowo, E.K. (2009). Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan melalui Metode Glenn Doman bagi Anak Tunarungu Kelas II di Sekolah Kebutuhan Khusus Bangun Bangsa Surabaya. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: JPLB FIP UNESA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar