Kamis, 20 September 2012

PROGRAM BINA BICARA PERBAIKAN KONSONAN BILABIAL DI SD INKLUSI BABATAN V SURABAYA


BAB I
PROFIL KASUS

A.    IDENTITAS ANAK.
Nama siswa                       : RANGGA RADITYA
Sekolah                             : SD Inklusi Negeri Babatan V
Umur                                 : 7 tahun
Kelas / Semester                : Kelas I / semester 1
Karakteristik Anak            : Autis  Ringan
Jenis Kelamin                    : Laki- laki
Tempat dan Tgl Lahir       : Surabaya, 5 April 2003
Agama                               : Islam
Anak Ke                            : 1 (Satu)
Status Anak                      : Anak Kandung
Alamat Rumah                  : Babatan V/18  Surabaya

B.     RIWAYAT KELAHIRAN.
a.       Sebelum lahir.
1.      Ibu sehat saat mengandung.
2.      Ibu pernah jatuh sakit…..pada usia kandungan….bulan.
b.      Saat lahir.
1.      Lama kandungan        : a) cukup bulan,berat badan 3.5 gr,panajang 50 cm.
  b) kurang  bulan, berat badan…gr,panjang……cm.
2.   Melahirkan di              : a). Rumah bersalin/rumah sakit.
                                            b). Rumah sendiri.
                                            c). lainnya……
3.   ditolong oleh               : a) dokter
                                            b) bidan
                                            c) dukun beranak
                                            d) lainnya….
4. Proses kelahiran            : a) normal
                                            b) dengan…
5. kelahiran bawaan          : a) ada,……………………….
                                            b) tidak ada.
6.  makanan pertama bayi : a) ASI sampai umur….-….bulan.
                                            b) susu formula umur…-….bulan.
                                            c) makanan tambahan lainnya……..
7. imunisasi lengkap          : a) ya
                                            b) tidak
8. pemeriksaan/penimbangan rutin : a) ya
                                                          b) tidak
c.       Perkembangan.
1.      Di bandingkan denngan saudara/anak lainnya pada umumnya maka            :
1.1.Perkembangan tengkurap anak     a). sama
b) terlambat/ada kelainan
1.2.Perkembangan merangkak anak    a) sama
b) terlambat/ada kelainan
1.3.Perkembangan duduk anak           a) sama
b) terlambat/ada kelainan.
1.4.Perkembangan berjalan anak         a) sama
b) terlambat/ada kelainan
2.      Di bandingkan denngan saudara/anak lainnya pada umumnya maka            :
2.1.Mulai mengucap kata pada usia    a) sama
b) terlambat/ada kelainan
2.2.Lancar berbicara pada usia            a) sama
b) terlambat/ada kelainan

3.      Di bandingkan denngan saudara/anak lainnya pada umumnya maka subyek dala hal           :
3.1.Menghisap jempol                         a) sama
b) terlambat/ada kelainan
3.2.Mengompol                                   a) sama
b) terlambat/ada kelainan
3.3.Perhatian trhdp lingkungan           a) sama
b) terlambat/ada kelainan
3.4.Perasaan takut                               a) sama
b) terlambat/ada kelainan
3.5.Perasaan malu                               a) sama
b) terlambat/ada kelainan
3.6.Kegiatan sehari hari                      a) sama
b) terlambat/ada kelainan
4.      Di bandingkan denngan saudara/anak lainnya pada umumnya maka anak atau subyek menjadi      :
4.1.Mandi sendiri                                a) ya                b) tidak.
4.2.Buang air sendiri                           a) ya                b) tidak.
4.3.Berpakaian sendiri                        a) ya                b) tidak.
4.4.Makan sendiri                               a) ya                b) tidak.
4.5.Bermain dengan mainan               a) ya                b) tidak.
4.6.Bergaul dengan anak sebaya         a) ya                b) tidak.
4.7.Taat kepada orang tua                   a) ya                b) tidak.
4.8.Lainnya                                         …………………………..                 
5.      Subyek tidak pernah / pernah diserang penyakit yang berat/ serius :
No
Jenis penyakit
Lama sakit
Pada usia
Tempat perawatan
Akibat


















C.    SPESIFIKASI KEMAMPUAN DAN PERFORMENCE
Menurut informasi yang kami terima dari orang tua dan pengajarnya, anak yang bernama Rangga Raditya, secara spesifikasi kemampuan dan performence, anak tersebut tidak memiliki kemampuan yang menonjol. Hal ini dapat dilihat dari tahap-tahap perkembangan pada anak yang meliputi kemampuan gerak, kemampuan komunikasi, kemampuan tingkah laku sosial dan emosi, kemampuan kecerdasan, kemampuan menolong diri.
1.      Kemampuan gerak, yang meliputi gerak motorik kasar misalnya duduk, merangkak, berdiri, berjalan dan gerak motorik halus misalnya memasukkan benang ke dalam jarum.
2.      Kemampuan komunikasi, meliputi komunikasi pasif atau bahasa pasif yaitu kemampuan mengungkapkan perasaan dan pikiran tanpa berbicara. Komunikasi aktif, anak masih belum bisa karena didalam komunikasi aktif, anak harus mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui bicara atau ucapan sedangkan anak masih kesulitan dalam  mengeluarkan suara dan berbicara.
3.      Kemampuan kecerdasan, didalam kemampuan ini, anak mampu membedakan bentuk dan warna.
4.      Kemampuan menolong diri, antara lain makan – minum, merawat atau menjaga kebersihan diri, berpakaian, menjaga keselamatan diri dan orientasi lingkungan.

D.    RIWAYAT PERKEMBANGAN.
Dalam data yang diperoleh penulis melalui SD Inklusi Babatan V Surabaya, penulis menyimpulkan dalam daftar riwayat perkembangan tertulis bahwa Rangga mengalami lambat berbicara pada usia 2,5 tahun. Hal tersebut mengakibatkan Rangga mengalami kesulitan dalam pengucapan konsonan bilabial.
Selama berada di SD Inklusi Babatan V Surabaya Rangga mengalami perkembangan tingkat kemampuan yang cukup baik. Rangga mampu merespons perintah satu tahap, mampu mengontrol dan menyatakan keinginan buang air kecil atau besar, serta beberapa kemampuan kognitif lain yang di miliki Rangga selama menjalani pendidikan di SD Inklusi Babatan V Surabaya.



E.     DIAGNOSA
Diagnosa dalam studi kasusu untuk Dina merujuk pada instrument diagnose sebagai bertikut  :
INSTRUMENT DIAGNOSIS PROGRAM HABILITASI

Nama siswa                       : RANGGA RADITYA
Sekolah                             : SD INklusi Negeri Babatan V
Umur                                 : 7 tahun
Kelas / Semester                : Kelas I / semester 1
Karakteristik Anak            : Autis  Ringan
Jenis Kelamin                    : Laki- laki
Tempat dan Tgl Lahir       : Surabaya, 5 April 2003
Agama                               : Islam
Anak Ke                            : 1 (Satu)
Status Anak                      : Anak Kandung
Alamat Rumah                  : Babatan V/18  Surabaya
1.      Aspek medis.
Kesehatan umum
(diisi oleh ahli)
Kesehatan Gigi
Kesehatan Anggota Badan
Tidak ada kelainan :
-          Paru paru.
-          Jantung.
-          Ginjal.
-          Hati.
-          Pencernaan.
-          Asma.
Penyakit telinga.
Radang amandel.
Hipertensi.
Tumor.
Adipositus.
Malnutrisi.
Anemia.

Tidak ada kelainan :
-          Radang gusi.
-          Sariawan.
-          Obsess parah pada gusi.
-          Gusi tinggal akar.
-          Gusi berlubang.
-          Karag gigi.
-          Dentofasial.
Tidak ada kelainan :
-          Tulang belakang.
-          Spastic.
-          Athetoid.
-          Ataxia.
-          Salah bentuk.
-          Kelainan sendi.
-          Amputee.
-          Tidak lengkap..
-          Para plegia.
-          Hemiplegia.
-          Monoplegia.
-          Hemiplegia.
-          Tunanetra.
-          Low vision.


2.      Aspek mental, social dan psikologis.

-          Tunagarhita berat.
-          Tunagrahita ringan.
-          Kretinoid.
-          Down syndrome.
-          Agresif sukar menyesuaikan diri.
-          Agresif dapat menyesuaikan diri.
-          Menutup diri.
-          Pasif.
-          Hiperaktif.
-          Autism.
-          Phobia.
-          Kompulsif.
-          Epilepsy.
-          Bicara sendiri.
-          Menyakiti diri.
-          Mengganggu teman.
-          Penyimpangan seksual.
-          Sizoprenia.
-          Paranoid.
-          Learning disability.
-          Psikosomatis.
-          Speech delay.
-          Cleft palate.
-          Obsesi.
-          Halusinasi.
-          Aphasia.
-          Voice disorder.




3.      Aspek keterampilan.
Kemampuan yang telah dicapai oleh Rangga dalam masa stady kasus adalah sebagai berikut         : kemampuan imitasi gerak motorik kasar, kemampuan motorik halus seperti meronce, menjumput benda benda berukuran kecil,dan menyusun puzel sederhana.
Keterampilan komunikasi, meliputi komunikasi pasif atau bahasa pasif yaitu kemampuan mengungkapkan perasaan dan pikiran tanpa berbicara. Komunikasi aktif, anak masih belum bisa karena didalam komunikasi aktif, anak harus mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui bicara atau ucapan sedangkan anak masih kesulitan dalam  mengeluarkan suara dan berbicara.
4.      Catatan.
Data yang menunjang dalam penulisan, pengumpulan data dan pelaksanaan study kasus terhadap Rangga adalah Rangga tidak pernah mengalami sakit yang berat sehingga perlu dirawat dirumah sakit dalam jangka waktu yang panjang.
5.      Kesimpulan.
Dari kemampuan yang dimiliki anak diatas, yang menjadi sorotan saya untuk sebaiknya diberikan program khusus adalah kemampuan komunikasinya, yaitu kemampuan berbahasa aktif (berbicara) khususnya kemampuan mengucapkan konsonan bilabial. Anak kurang mampu mengucapkan fonem /p/, /b/, dan /m/ dengan sempurna, yaitu:
1.                  /p/ diucapkan mengecap
2.                  /b/ diucapkan /mb/
3.                  /m/ belum terbentuk
Oleh karena itu,  perlu bagi saya untuk memberikan program bina bicara untuk memperbaiki pengucapan konsonan bilabial tersebut sampai anak mampu.

F.     PROGNOSA
Dari diagnosa yang saya lakukan, akhirnya saya menyimpulkan bahwa anak yang bernama Rangga Raditya apabila ingin mengalami perbaikan dalam pengucapan konsonan bilabial, maka anak tersebut memerlukan beberapa program  terapi, antara lain :
1.      Pelatihan pernapasan
2.      Pelemasan organ bicara
3.      (Bina Bicara) Perbaikan pengucapan konsonan bilabial, meliputi:
a.       Perbaikan pengucapan fonem /p/
b.      Perbaikan pengucapan fonem /b/
c.       Perbaikan pengucapan fonem /m/



BAB II
KAJIAN TEORITIS

A.    PENGERTIAN AUTISME.
Gangguan autisme adalah salah satu gangguan yang berpengaruh pada perkembangan. Gangguan ini adalah akibat dari adanya keabnormalitasan struktur dan fungsi otak. Dalam beberapa penelitian gangguan autism terjadi akibat adanya kerusakan atau gangguan yang terjadi pada masa kehamilan yaitu kerusakan otak atau factor genetic yang menghambat pertumbuhan otak secara normal.
Cirri cirri gangguan autisme antara lain :
1.      Terjadi keterlambatan serta deviasi dalam hubungan social.
2.      Keterlambatan atau  bahkan mengalami gangguan komunikasi.
3.      Berprilaku sterotip dan mannerism (mengulang ulang suatu prilaku, minat atau suatu aktivitas tertentu).
4.      Terjadinya sebelum usia 36 bulan (3 tahun).
Criteria autism dalam Diagnostic And Statistic Manual Of Mental Disorder IV (DSM) adalah sebagai berikut   :
1.      Gangguan kuantitatif dalam interaksi social seperi gangguan prilaku non verbal (kontak mata, ekspresi wajah, postur tubuh dan gerak gerik untuk mengatur interaksi social). Gangguan dalam perkembangan hubungan dan interaksi social.
2.      Gangguan kualitatif dalam berkomunikasi, seperti keterlambatan atau tidak adanya perkembangan bahasa, mengalami gangguan bicara,gangguan bahasa yang sterotip dan repertitive, tidak mampu mengawali suatu percakapan atau mempertahankannya,tidak ada permainan ataupun imitasi social yang sopan dan bervariasi.
3.      Pola prilaku, minat atau aktivitas yang stereotipik, repertitive dan terbatas seperti kepatuhan yang terlihat sangat tidak fleksibel terhadap rutinitas, dan tidak fungsional, cenderung melakukan kebiasaan aneh dalam gerak seperti flapping, berputar putar dan menggoyangkan badan secara terus menerus tanpa maksud tertentu.
Factor penyebab autisme sering diasumsikan berragam, namun dari beberapa penelitian medis dapat disimpulkan beberapa vaktor penyebab autisme            :
1.      Teori psiko social.
2.      Teori biologis ( menjelaskan bahwa autisme disebabkan oleh factor genetic, factor masa prenatal ataupun neonatal,factor neuroanatomi, dan hipotesis neurokemistri ).
3.      Teori imunologi.
4.      Inveksi virus.

B.     PENYEBAB KELAINAN BICARA
Secara umum dapat dilihat sebab-sebab kelainan bicara sebagai berikut:
1.      Kelaian sensoris organ penangkap
Dapat dilihat apakah anak menderita gangguan tuli konduktif (conductive hearing loss) atau tuli syaraf (sensori neural hearing loss), hal ini telah melalui pemeriksaan dokter THT. Secara neurologis, apakah sebab-sebab kelainan disebabkan karena:
a.       Keterlambatan kematangan susunan syaraf
b.      Gangguan kerusakan di otak
Sebab-sebab kelainan neurologis adalah adanya kerusakan susunan syaraf di otak. Bagi anak antara lain anak tunarungu yang masih mempunyai sisa pendengaran yang baik namun susunan syarafnyamendapat gangguan. Hasil pendengaran tidak bisa diolah di otak, sehingga anak tidak mampu bicara dengan baik. Hal ini disebabkan:
1)   Keterlambatan kematangan susunan syaraf, salah satu contoh dinyatakan apabila anak sangat terlambat belajar duduk atau berjalan maka seluruh perkembangannya akan terlambat. Hal itu disebabkan karena kondisi syaraf-syarafnya lambat untuk difungsikan, sehingga membawa akibat keterlambatan perkembangannya.
2)   Brain disfuction atau gangguan di otak sehingga kurang berfungsi. Dikatakan bahwa apabila anak menderita salah satu gangguan di otak tadi (sering disebut brain damage), ada kemungkinan anak menderita brain disfunction dibidang sensoris yaitu gangguan yang berhubungan dengan panca indera (persepsi), gejala lain apabila orang tua memberi keterangan bahwa anak pernah menderita panas dingin dan kejang-kejang, akibatnya bisa menjalani brain disfunction yaitu gangguan persepsi, gangguan short memory span, auditif inattention dan afasia reseptif. Gangguan persepsi atau gangguan dalam pengolahan bahasa dapat mengakibatkan:
a)         Anak sukar membedakan suara/bunyi latar belakang ataupun deretan bunyi
b)         Anak tidak sanggup meniru dan mengulangi kata-kata.
c)         Kesulitan membedakan bunyi atau fonem-fonem tertentu, seperti bunyi fonem /p/ berbunyi sama dengan fonem /b/. dalam hal ini dipandang perlunya latihan ucapan dan latihan mendengar yang efektif
3)   Gangguan short memory span (kesan ingatan pendek) yaitu bahwa anak tidak mampu mengingat hal yang dilihat atau didengarnya peristiwa yang baru terjadi dan sering terjadi anak hanya mengucapkan satu suku kata atau apabila anak mendengar kata/suku kata kedua maka kata/suku kata pertama tidak diingatnya lagi
4)   Auditif Inattention yaitu anak kurang mampu dalam memusatkan perhatian terhadap rangsangan auditif baik suaranya ataupun suara lingkungan yang akibatnya suara bicaranya kurang jelas, terjadi penukaran fonem-fonem, jadi perhatiannya cepat beralih (berpindah), sering juga menunjukkan bicara yang dilakukan cepat-cepat
5)   Aphasia jarang dijumpai pada anak-anak

2.      Kelainan motoris
Yaitu kelainan yang dilihat dari kelainan alat-alat bicara. Yaitu. Organ suaranya mengalami kelainan atau tidak, pemeriksaan lidah sebagai alat yang paling penting untuk bicara, keadaan bibir, pemeriksaan rahang dan gigi, keadaan langit-langit (lembut dan keras). Secara neurologis, kelainan yang disebabkan kelambatan kematangan susunan syaraf dan brain disfunction, yaitu:
a.       Gangguan pada pengendalian dan pengorganisasian otot-otot alat bicara (disatri). Gejalanya sebagai berikut:
1)      Anak mengalami kesulitan pada saat menelan, menghisap, mengunyah yang dalam hal ini mengakibatkan kelainan bicara atau sulit bicara
2)      Ada yang sanggup mengunyah namun pada waktu menelananak hanya sanggup menelan makanan cair, yang hal inipun akan mengakibatkan bicara anak tidak akan baik dan orang tua harus tahu bila otot mulunya tidak dilatihdengan baik tidak mungkin bicaranya bisa baik
3)      Apabila anak mengiler segera dibawa ke dokter syaraf untuk dikembalikan kepada perasaan yang aman tidak tertekan, karena mengiler merupakan ketidaksanggupan anak menelan ludah dimulutnya dan ketidaksanggupan otot mulut untuk segera menelan ludahnya
4)      Kelainan dalam motorik halus, seperti memegang jarum yang kecil oleh telunjuk dan ibu jari. Dijelaskan adanya hubungan antara kesanggupan motorik halus dengan otot-otot mulut, ada hubungan motorik halus dengan tangan, seperti ketika anak memegang jarum dengan lima jari, hal ini disebabkan karena motorik halusnya tidak sanggup (ada kelainan) yang hal inipun memerlukan layihan-latihan.
5)      Apabila ternyata anak tidak sanggup untuk menggerak-gerakkan otot mulutnya dengan lancaranak harus diperiksa.  
b.      Gangguan kinestesis,  yang aktif dalam hal ini adalah syaraf prioreseptif yang tugasnya membawa kabar tentang keadaan otot ke ujung otot yang ditujukan ke otak. Perasaan tersebut disebut kinestesis. Gangguan kinestesis mengakibatkan kesulitan dalam mengucapkan kata-kata, seperti anak hanya dapat meniru gerakan lidah, rahang dan bibir guru namun tidak mampu untuk mengucapkan kata-katanya
c.       Gangguan pada hubungan pusat konsepsi (pengertian) dan engram-bank (pusat pola gerakan otot bicara)
d.      Afasia ekspresif
3.      Keterbelakangan mental (mental retardation)
4.      Factor-faktor lingkungan
5.      Factor-faktor emosionail
Diagnose ini sebagai hasil informasi yang didapat dari interview orang tua dengan dokter dan hasil observasi terhadap anak yang perlu untuk menentukan jenis kelainan.



C.    PROGRAM BINA BICARA
1.      Pengertian Pengajaran Bina Bicara
Suatu upaya/usaha sistematis untuk melakukan tindakan belajar mengajar bicara dengan serangkaian usaha untuk membawa anak didik memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mengekspresikan pikiran, gagasan, dan perasaannya dengan cara berbicara.

2.       Tujuan Bina Bicara
1)      Bidang Pengetahuan
a.       Cara mengucapkan seluruh bunyi bahasa, 26 huruf (21 konsonan, 5 vokal)
b.      Mengucapkan kata, kelompok kata, dan kalimat bahasa indonesia.
c.       Mengevaluasi bicaranya sendiri. Berdasarkan audio, visual dan kinestetik.
d.      Mengemudikan alat bicaranya demi perbaikan dan peningkatan mutu bicaranya.
e.       Pemulihan kata kelompok kata yang tepat.
2)      Bidang keterampilan
a.       Terampil mengucapkan bunyi bahasa indonesia,
b.      terapil mengucapkan kelompok kata bahasa indonesia,
c.       terampil mengucapkan evaluasi bahasa indonesia.
d.      Menggunakan kata-kata, kelompk kata maupun kalimat sesuai dengan gagasan dan tatabahasa yg baik dan benar.
3)      Bidang sikap
a.       Senang menggunakan cara bicara, dengan mengadakan komunikasi bersama orang lain.
b.      Senang mengadakan evaluasi dan memperbaiki kesalahan-kesalahan untuk meningkatkan kemampuan bicaranya.

3.      Tujuan kulikuler Pengajaran bina bicara yang diinginkan ulang oleh metoda suara supaya memiliki :
a.       Keterampilan bicara yang jelas
b.      Keterampilan menangkap dengan tepat ucapan lawan bicara.
c.       Sikap berfikir secara oral
d.      Kebiasaan mengevaluasi bicaranya sendiri.
e.       Secara sadar, mengemudikan alat ucapnya untuk peningkatan mutu bicaranya.

4.      Tujuan Akhir Pengajaran Bicara
a.       Anak memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap dasar untuk
1)      Berkomunikasi di masyarakat
2)      Bekerja dan berintegrasi dengan kehidupan.
3)      Berkembang sesuai dengan azas pendidikan seumur hidup
b.      Segi pengajaran bina bicara
1)      Segi komunikasi
2)      Segi pelambangan
3)      Segi teknik bicara

5.      Materi Bina Bicara
 Langkah-langkah yang dilakukkan yaitu:
1)      Latihan prabicara
a.       Keterarah wajahan
b.      Keterarah suaraan
c.       Pelemasan organ bicara
d.      Latihan pernafasan
e.       Latihan pembentukan suara (menyadarkan anak untuk bersuara)
f.       Merasakan getaran
g.      Menirukan ucapan sambil meraba
h.      Melafalkan vokal
i.        Meraban sambil merasakan getaran.
2)      Pembentukan fonem
3)      Pembetulan penyadaran irama atau aksen
4)      Pengembangan





BAB III
PELAKSANAAN INTERVENSI


A.    Program Intervensi.
Program intervensi yang diberikan pada Rangga antara lain program pelatihan pernapasan untuk bicara dan program bina bicara perbaikan konsonan bilabial. Program tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berbahasa ekspresi Rangga terutama dalam pengucapan konsonan bilabial.
                                                                                                  
Program Pelatihan Pernapasan Untuk Bicara
Nama Mata Pelajaran    : Bina Bicara
Topic                                : Latihan Pernapasan untuk Wicara
Sasaran                            : Rangga Raditya
Media                               : Meniup butiran streofom dalam botol












Tujuan :
Ø Melalui pelatihan pernapasan untuk bicara, siswa dapat mengerti instruksi yang diberikan dengan baik
Ø Melalui media meniup butiran streofom dalam botol, Rangga Raditya dapat berlatih mengontrol tiupan menjadi panjang dan lembut

Waktu Pemberian Latihan:  ± 5 menit sebelum diberikan latihan pelemasan organ bicara
 Kegiatan Pelatihan:
Ø Guru mengajak siswa untuk memperhatikan contoh penggunaan media meniup butiran streofom dalam botol yang dilakukan oleh guru
Ø Guru mengajak siswa untuk berlatih pernapasan dengan menggunakan media meniup butiran streofom dalam botol secara bergantian
Ø Guru memperhatikan cara siswa meniup butiran streofom dengan sedotan
1)   Jika butiran streofom didalam botol terangkat dibawah garis batas, berarti tiupan (pernapasan) panjang dan lembut
2)   Jika butiran streofom didalam botol terangkat diatas garis batas, berarti tiupan (pernapasan) pendek dan keras.
Ø Guru memberikan pelatihan berulang (minimal 3 kali) kepada siswa sampai siswa mampu meniup butiran streofom didalam botol dengan tiupan yang panjang dan lembut




















Text Box:  1.











 









Text Box:  22.
ditiup
 
2.

















Rounded Rectangle: Jika Butiran sreofom didalam botol 
terangkat diatas garis batas, berarti
tiupan (pernapasan) pendek dan keras


























h. Evaluasi
Dilaksanakan untuk setiap siswa selama kegiatan berlangsung (bentuk check list) yang telah disiapkan.
Program Bina Bicara Perbaikan Pengucapan Konsonan Bilabial

a.   Perbaikan Pengucapan Fonem /p/
1.      Kondisi Awal Anak :
Fonem /p/  diucapkan mengecap

2.      Program yang Diberikan :
Saya memberikan program atas kesalahan yang terjadi (pengucapan fonem /p/ dengan mengecap) yaitu program bina bicara perbaikan pengucapan konsonan bilabial yaitu pada fonem /p/
Pembentukan fonem /p/
·      Kedua bibir mengatup rapat, otot tegang sehingga menghambat aliran udara lewat mulut
·      Pipi tegang tetapi tidak cembung
·      Letak lidah datar
·      Jika hambatan ditiadakan, dengan meletupkan udara lewat mulut secara tiba-tiba, terjadilah letupan yang sempurna, langit-langit terangkat, terbentuklah /p/.

3.      Tujuan :
Diharapkan siswa mampu mengucapkan fonem /p/ dengan pengucapan yang sempurna.

4.      Alat dan Bahan :
·         Cermin
·         Beberapa gambar contoh penggunaan fonem /p/. contoh payung, maka terdapat gambar payung
·         Lembar penilaian

5.      Langkah-Langkah Kegiatan:
1)         Setelah anak melakukan pelatihan pernapasan dan pelemasan organ bicara, anak kita ajak untuk merilekskan diri dengan melakukan percakapan kecil dengan kita
2)         Tunjukkan beberapa gambar yang menunjukkan adanya pengucapan fonem /p/ contoh gambar payung.
3)         Ajak anak untuk menyebutkan apa yang ada pada gambar yaitu mengucapkan kata “payung”
4)         Ajaklah anak untuk memperhatikan bibir guru pada cermin dan suruhlah anak untuk menirukan apa yang diucapkan guru
5)         Ucapkan “payung” kemudian suruh anak meniru
6)         Tuliskan suku kata pa, pi, pu, pe, po lalu ajak anak meraban
Pa pa pa pa                           paaaaaaaaaa                   pa pa papa pa papa pa
Po po po po                          poooooooo                   po pop po popo pop o
Dan seterusnya
7)         Guru memberitahukan fonem /p/ yang diucapkan meletup bukan mecap. Beri contoh pengucapannya yang salah lalu betulkan dengan ucapan yang benar.
8)         Ajaklah anak untuk merasakan udara meletup yang keluar dari mulut kita dengan ujung jarinya
9)         Beri kesempatan anak untuk mencoba, bersamaan dengan itu silangkan tangan guru ke mulut anak dan tangan anak ke mulut guru untuk mengontrol letupan
10)     Berilah reward pada anak jika anak bisa melakukan

6.      Penilaian :
·      Penilaian dapat dilakukan selama proses bina bicara berlangsung
·      Suruhlah anak mengucapkan kembali kata-kata yang dilatih
·      Suruhlah anak membacakan kalimatyang banyak mengandung fonem /p/

7.      Tindak Lanjut :
Suruh anak mengucapkan fonem /p/ dalam berbagai variasi vocal dan berbagai variasi posisi.




b.   Perbaikan Pengucapan Fonem /b/
1.      Kondisi Awal Anak :
Fonem /b/  diucapkan /mb/

2.      Program yang Diberikan :
Saya memberikan program atas kesalahan yang terjadi (pengucapan fonem /b/ yang diucapkan /mb/) yaitu program bina bicara perbaikan pengucapan konsonan bilabial yaitu pada fonem /b/
Pembentukan fonem /b/
·      Posisi bibir bawah dan atas saling menekan (mengatup tetapi tidak tegang)
·      Posisi lidah mendatar, gigi atas dan bawah tidak saling bersentuhan
·      Pita suara bergetar, aliran udara terhambat didalam rongga mulut
·      Jika  perhentian udara secara tiba-tiba ditiadakan oleh hembusan napas, terjadilah letupan lemahbersuara dan terbentuklah  fonem /b/.

3.      Tujuan :
Diharapkan siswa mampu mengucapkan fonem /b/ dengan pengucapan yang sempurna.

4.      Alat dan Bahan :
·         Cermin
·         Beberapa gambar contoh penggunaan fonem /b/. contoh baju, maka terdapat gambar baju
·         Lembar penilaian

5.      Langkah-Langkah Kegiatan:
1)      Setelah anak melakukan pelatihan pernapasan dan pelemasan organ bicara, anak kita ajak untuk merilekskan diri dengan melakukan percakapan kecil dengan kita
2)      Tunjukkan beberapa gambar yang menunjukkan adanya pengucapan fonem /b/ contoh gambar baju.
3)      Ajak anak untuk menyebutkan apa yang ada pada gambar yaitu mengucapkan kata “baju”
4)      Ajaklah anak untuk memperhatikan bibir guru pada cermin dan suruhlah anak untuk menirukan apa yang diucapkan guru
5)      Ucapkan “baju” kemudian suruh anak meniru
6)      Tuliskan suku kata ba, bi, bu, be, bo lalu ajak anak meraban
ba ba ba ba                           baaaaaaaaaa                   ba ba baba ba baba ba
bo bo bo bo                          boooooooo                   bo bob bo bobo bo bo
Dan seterusnya
7)      Guru memberitahukan dengan tulisan pengucapan anak salah /mb/ seharusnya /b/, jangan ada udara yang melalui hidung atau tidak sengau.
8)      Ajaklah anak untuk merasakan getaran /m/ dihidung dan anak tidak boleh ada getaran dihidung.
9)      Beri kesempatan anak untuk mencoba, bersamaan dengan itu silangkan tangan guru ke hidung anak dan tangan anak ke hidung guru untuk mengontrol getaran
10)  Berilah reward pada anak jika anak bisa melakukan

6.      Penilaian :
·      Penilaian dapat dilakukan selama proses bina bicara berlangsung
·      Suruhlah anak mengucapkan kembali kata-kata yang dilatih
·      Suruhlah anak membacakan kalimatyang banyak mengandung fonem /b/

7.      Tindak Lanjut :
Suruh anak mengucapkan fonem /b/ dalam berbagai variasi vocal dan berbagai variasi posisi.






c.    Perbaikan Pengucapan Fonem /m/
1.      Kondisi Awal Anak :
Pengucapan fonem /m/  belum terbentuk

2.      Program yang Diberikan :
Saya memberikan program atas kesalahan yang terjadi (pengucapan fonem /m/ yang belum terbentuk) yaitu program bina bicara perbaikan pengucapan konsonan bilabial yaitu pada fonem /m/
Pembentukan fonem /m/
·         Kedua bibir mengatup rapat tetapi tidak sengau, gigi atas dan gigi bawah tidak bertemu (terbuka).Aliran udara melalui hidung karena kedua bibir saling menutup
·         Udara di dalam rongga mulut beresonasi sehingga getarannya dapat dirasakan pada pipi, hidung, telinga dan leher
·         Posisi lidah mendatar, langit-langit lembut tidak tegang dan pipi tidak cembung

3.      Tujuan :
Diharapkan siswa mampu mengucapkan fonem /m/ dengan pengucapan yang sempurna.

4.      Alat dan Bahan :
·         Cermin
·         Beberapa gambar contoh penggunaan fonem /m/. contoh melon, maka terdapat gambar melon
·         Lembar penilaian

5.      Langkah-Langkah Kegiatan:
1)      Setelah anak melakukan pelatihan pernapasan dan pelemasan organ bicara, anak kita ajak untuk merilekskan diri dengan melakukan percakapan kecil dengan kita
2)      Tunjukkan beberapa gambar yang menunjukkan adanya pengucapan fonem /m/ contoh gambar melon.
3)      Ajak anak untuk menyebutkan apa yang ada pada gambar yaitu mengucapkan kata “melon”
4)      Ajaklah anak untuk memperhatikan bibir guru pada cermin dan suruhlah anak untuk menirukan apa yang diucapkan guru
5)      Ucapkan “melon” kemudian suruh anak meniru
6)      Tuliskan suku kata ma, mi, mu, me, mo lalu ajak anak meraban
ma ma ma ma                       maaaaaaaaaa                 ma ma mama ma mama
mo mo mo mo                      moooooooo                  mo mom mo momo mo
Dan seterusnya
7)      Sadarkan anak akan kesalahan ucapan itu dengan menuliskan “melon” dan apa yang diucapkan.
8)      Ajaklah anak untuk menggumam dan  merasakan getaran /m/  pada bibir, telinga, hidung dan leher.
9)      Beri kesempatan anak untuk mencoba, bersamaan dengan itu silangkan tangan guru ke bibir, telinga, hidung dan leher anak dan tangan anak ke bibir, telinga, hidung dan leher guru untuk mengontrol getaran
10)  Berilah reward pada anak jika anak bisa melakukan

6.      Penilaian :
·         Penilaian dapat dilakukan selama proses bina bicara berlangsung
·         Suruhlah anak mengucapkan kembali kata-kata yang dilatih
·         Suruhlah anak membacakan kalimat yang banyak mengandung fonem /m/

7.      Tindak Lanjut :
Suruh anak mengucapkan fonem /m/ dalam berbagai variasi vocal dan berbagai variasi posisi.





B.     Pelaksanaan Kegiatan Intervensi.

Pelaksanaan interfensi dilaksanakan pada minggu kedua setelah pada minggu pertama melakukan pengamatan dan obserfasi.
Program Intervensi Yang Telah Dilaksanakan

Nama siswa                    : RANGGA RADITYA
Sekolah                          : SD Inklusi Negeri Babatan V
Umur                              : 7 tahun
Kelas / Semester             : Kelas I / semester 1
Karakteristik Anak         : Autis  Ringan


No
Materi treatment.
14/05/10
18/05/10
23/05/10
26/05/10
1
Latihan Pernapasan:
1.      Meniup butiran streofom sampai terangkat namun masih dibawah garis batas (pernapasan panjang dan lembut)
2.      Meniup butiran streofom sampai terangkat hingga melebihi garis batas (pernapasan pendek dan keras)





2
Perbaikan fonem /p/:
1.      Kedua bibir mengatup rapat
2.      Pipi tegang tetapi tidak cembung
3.      Letak lidah datar
4.      Meletupkan udara lewat mulut secara tiba-tiba
5.      Langit-langit terangkat
6.      Membunyikan fonem /p/





3
Perbaikan fonem /b/:
1.      Posisi bibir bawah dan atas saling menekan
(mengatup tetapi tidak tegang)
2.      Posisi lidah mendatar
3.      Gigi atas dan bawah tidak saling bersentuhan
4.      Pita suara bergetar
5.      Aliran udara terhambat didalam rongga mulut
6.      Melakukan perhentian napas secara tiba-tiba
7.      Membunyikan fonem /b/





4
Perbaikan fonem /b/:
1.      Kedua bibir mengatup rapat tetapi tidak sengau
2.      Gigi atas dan gigi bawah tidak bertemu (terbuka)
3.      Aliran udara melalui hidung karena kedua bibir saling menutup
4.      Udara di dalam rongga mulut beresonasi sehingga getarannya dapat dirasakan pada pipi, hidung, telinga dan leher
5.      Posisi lidah mendatar
6.      Langit-langit lembut tidak tegang
7.      Pipi tidak cembung
8.      Membunyikan fonem /m/







C.    Penilaian Hasil Intervensi.

Berikut ini adalah penilaian hasil intervensi dalam study kasus pada Rangga           :

Pelaksanaan Program

Nama siswa                    : RANGGA RADITYA
Sekolah                          : SD Inklusi Negeri Babatan V
Umur                              : 7 tahun
Kelas / Semester             : Kelas I / semester 1
Karakteristik Anak         : Autis  Ringan

kode
materi
progres
1.1
Melakukan pernapasan panjang dan lembut
(3) (4) (4) (5)
1.2
Melakukan pernapasan pendek dan keras
(4) (5) (5) (5)
2.1
Kedua bibir mengatup rapat
(4) (4) (5) (5)
2.2
Pipi tegang tetapi tidak cembung
(4) (5) (5) (5)
2.3
Letak lidah datar
(5) (5) (5) (5)
2.4
Meletupkan udara lewat mulut secara tiba-tiba
(3) (4) (5) (5)
2.5
Langit-langit terangkat
(1) (2) (3) (4)
2.6
Membunyikan fonem /p/
(0) (1) (2) (3)
3.1
Posisi bibir bawah dan atas saling menekan (mengatup tetapi tidak tegang)
(4) (4) (5) (5)
3.2
Posisi lidah mendatar
(4) (4) (5) (5)
3.3
Gigi atas dan bawah tidak saling bersentuhan
(5) (5) (5) (5)
3.4
Pita suara bergetar
(4) (5) (5) (5)
3.5
Aliran udara terhambat didalam rongga mulut
(4) (4) (5) (5)
3.6
Melakukan perhentian napas secara tiba-tiba
(3) (4) (5) (5)
3.7
Membunyikan fonem /b/
(1) (2) (3) (4)
4.1
Gigi atas dan gigi bawah tidak bertemu (terbuka)
(1) (2) (3) (3)
4.2
Kedua bibir mengatup rapat tetapi tidak sengau
(1) (2) (2) (3)
4.3
Aliran udara melalui hidung karena kedua bibir saling menutup
(1) (2) (3) (4)
4.4
Udara di dalam rongga mulut beresonasi sehingga getarannya dapat dirasakan pada pipi, hidung, telinga dan leher
(1) (2) (3) (3)
4.5
Posisi lidah mendatar
(1) (2) (3) (3)
4.6
Langit-langit lembut tidak tegang
(1) (2) (2) (3)
4.7
Pipi tidak cembung
(1) (2) (3) (3)
4.8
Membunyikan fonem /m/
(1) (2) (2) (3)


Kriteria penilaian         :
0.      Dengan bantuan penuh.
1.      Dengan bantuan 75 %.
2.      Dengan bantuan 50 %.
3.      Dengan bantuan 25 %.
4.      Dengan bantuan 10 %
5.      Mandiri.

D.    Hasil Intervensi.
Hasil intervensi yang telah dilakukan dalam study kasus pada Rangga secara umum belum dapat dikatakan memperoleh hasil yang maksimal. Hal tersebut dikarenakan waktu pertemuan yang terbatas, proses terapi atau latihan yang kurang konsisten, serta terbatasnya waktu dalam study kasus. Namun demikian hasil yang diperoleh dalam study kasus ini cukup memberikan kontribusi baik untuk anak maupun lembaga. Hasil yang diperoleh untuk anak antara lain adalah kemampuan anak bernapas untuk bicara. Anak mampu melakukan penghematan napas yaitu pernapasan panjang dan lembut, namun anak juga mampu melakukan pernapasan yang pendek dan keras.
Selain itu Rangga juga mampu melakukan perbaikan konsonan bilabial yaitu fonem /p/,/b/, dan /m/ dengan baik yaitu terlihat pada hasil intervensi yang mengalami progress atau kemajuan.













BAB IV
HASIL PEMBAHASAN


A.    Hasil.
Hasil yang diperoleh dalam intervensi study kasus pada Rangga tidak dapat dikatakan sempurna dan memperoleh hasil yang maksimal. Hal ini dikarenakan berbagai kendala yang dihadapi di lapangan dan masalah waktu yang terbatas.
 Hasil yang diperoleh dalam study kasus terhadap Rangga antara lain sebagai berikut         :
1.      Kemampuan melakukan pernapasan untuk bicara.
a.       Melakukan pernapasan yang panjang dan lembut
b.      Melakukan pernapasan yang pendek dan keras
2.      Perbaikan pengucapan konsonan bilabial.
a.       Perbaikan pengucapan fonem /p/
b.      Perbaikan pengucapan fonem /b/
c.       Perbaikan pengucapan fonem /m/

B.     Pembahasan.
Pembahasan dalam study kasus ini dimaksudkan agar pelaksanaan program maupun intervensi dapat diperoleh hasil yang maksimal. Hal tersebut haruslah di laksanakan dengan konsistensi dan dedikasi tinggi. Konsisten disini dimaksudkan agar apa yang telah dicapai oleh anak dapat di tindak lanjuti oleh lembaga sekolah dan diteruskan di rumah. Olehkarena itu keterlibatan semua pihak, baik guru, orang tua dan pihak pihak tertentu yang bersangkutan dengan tumbuh kembang anak dapat terjalin dengan baik.
Permasalahan utama penentu suatu keberhasilan dalam study kasus ini adalah waktu. Terbatasnya waktu dalam pelaksanaan study kasus sehinngga hasil yang dicapai kurang maksimal.





BAB V
SIMPULAN DAN SARAN


A.  SIMPULAN.
Setiap anak, meskipun sama sama memiliki gangguan autism, mereka memiliki kebutuhan dan karakteristik yang berbeda beda. Oleh karena itu sangat diharuskan seorang terapis memahami kebutuhan khusus dan karakteristik anak yang di bimbingnya secara mendalam untuk memperoleh hasil yang lebih optimal.
Selain itu kerja sama berbagai pihak akan sangat membantu dalam penetuan program yang sesuai bagi anak. Keterlibatan orang tua atau pengasuh anak di rumah akan sangat membantu pesatnya perkembangan anak seperti yang telah dprogramkan atau di harapkan.

B.     SARAN.
Dalam penulisan laporan ini penulis member saran     :
1.   Sebelum masa intervensi kiranya mahasiswa lebih menekankan pada proses pengamatan dan observasi secara lebih mendalam.
2.   Penggunaan media bahan ajar yang sesuai harus dipersiapkan lebih matang.
3.   Keikut sertaan orang tua dalam setiapprogram sekolah bagi anak sangat penting. Olehkarena itu orang tua harus melanjutkan program terapi di rumah untuk memperoleh hasil yang lebih optimal.











DAFTAR PUSTAKA.

Sadjaah,Edja dan Sukarja,Darjo.1995.Bina Bicara, Persepsi Bunyi dan Irama:Bandumg.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Astari,Sri.sepecial need education http://dunia-anak.blogspot.com.html diakses pada 17 oktober 2009.
Dafrizal,jamri.2008.Anak Anak Yang Tidak Biasa (online) http://jamri-Exeptional-children.com diakses 05 Desember 2009.
Depdikbud.1995.Pendidikan Luar Biasa.Jakarta : Depdikbud.
No name.2006.Keterampilan Motorik.http://www.yourbabybedding.com diakses pada 12 desember 2009.
 No name.Terapi Okupasi.http://pelangilazuardi.com.html. diakses pada 27 desember 2009.
Nuraini,Alyah.2008.Eksistensi Anak Tunagrahita (online) http://aliyahnuraini.wordpress.com diakses 05 desember 09.
Nakita.2000. Menagani Anak Autis.cetakan petama. Jakarta. PT Gramedia.
Qamariah,Nurul.2006.Keterampilan Motorik dan Sikap (online) http://alyaqanitha.wordpress.com diakses pada 07 desember 20009.











DOKUMENTASI PELAKSANAAN INTERVENSI
Description: C:\Users\pia ichsan\Documents\observ\DSC03350.JPGDescription: C:\Users\pia ichsan\Documents\observ\DSC03344.JPGDescription: C:\Users\pia ichsan\Documents\observ\DSC03351.JPGDescription: C:\Users\pia ichsan\Documents\observ\DSC03345.JPG(RANGGA RADITYA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar